Thursday, December 26, 2024

Awal mula munculnya kemaksiatan

Awal mula munculnya kemaksiatan 

Maksiat adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah, yang bila dilakukan akan berdosa.  Maksiat  berasal dari bahasa Arab, معصية asal katanya عصى يعصي yang maknanya menentang, mendurhakai, melanggar, dan membangkang. Ertinya jika sesiapa durhaka kepada Allah dengan melanggar larangan-larangan yang telah ditetapkan-Nya, bererti dia telah bermaksiat kepada Allah Subhanahuwata'ala. Allah berfirman dalam Surat an-Nisa ayat 14,

وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ 

Ertinya: "Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan". Al-Nisa ayat 14

Ibadah kepada Allah Subhanahuwata'ala adalah ketaatan dan ketundukan terhadap seluruh perintah-Nya, dan menentang perintah-Nya adalah satu kemaksiatan dan kefasikan. Maksiat merupakan jalan menuju kekufuran. Untuk lebih jelasnya,ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan makhluk terhadap Khaliknya. Iblis menentang perintah Allah, jadi penentangan yang dilakukan oleh Iblis bukanlah ibadah. Sebaliknya, ia merupakan kemaksiatan dan kekufuran. 

Allah Subhanahuwata'ala telah menceritakan dalam kitab-Nya kisah penentangan Iblis terhadap perintah Allah, yakni dalam surah Al-Baqarah ayat 34. 


وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Maksudnya:''Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Kejadian ini merupakan awal mula munculnya maksiat dan kekufuran Iblis. la menolak untuk tunduk kepada perintah Allah Subhanahuwata'ala dan tidak mahu sujud kepada Nabi Adam a.s. Iblis bukan menolak bersujud kepada selain Allah. Akan tetapi, ia menolak sujud kerana perintah Allah. Dan menolak perintah Allah merupakan suatu kemaksiatan dan kekufuran. Menurut sebahagian pendapat, perintah sujud dalam konteks ini muncul untuk para malaikat, bukan untuk iblis. Bagaimana Allah akan memproses perbuatan iblis untuk satu perintah yang bukan ditujukan untuknya? 

Iblis termasuk golongan jin, yang menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam a.s. Tentang hal ini, Allah telah mengabadikannya dalam Al-Quran,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا

Ertinya:''Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim''. Al-Kahfi ayat 50.

Begitu juga dalam surah Al-A'raf,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

ErtinyaAllah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Al-A'raf ayat 12.

Surah Sad,

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ

Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Sad ayat 75

Maksiat yang telah dilakukan oleh Iblis, jelas-jelasnya merupakan kesombongan, keangkuhan dan keinginan untuk melakukan maksiat kepada Allah. Kerana kesombongan-nya, ia berani menentang perintah Allah, sebagaimana tercatat dalam Al-Quran surah Al-Isra' ayat 61,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا

Ertinya:''Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?".

Dan surah Al-A'raf ayat 12,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Ertinya:"Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".

Iblis dengan nyata menolak perintah Allah dengan berkata kepada Allah: "Ya Allah, bagaimana mungkin Engkau menyuruhku bersujud kepada seorang manusia, makhluk yang Engkau ciptakan dari tanah, sedangkan aku Engkau ciptakan dari api?.

Dari sini jelas terlihat bahawa Iblis ingin membebaskan dirinya dari kemaksiatan dan kefasikan yang telah dilakukannya, dengan mengatakan bahawa unsur penciptaan dari api lebih mulia dari tanah. 

Katanya api adalah unsur yang mengandung transparansi, dan makhluk yang diciptakan darinya lebih mulia dan istimewa dibandingkan dengan makhluk yang diciptakan dari tanah. Katanya ía memiliki keistimewaan dalam hal kecergasan, kecepatan, dan keringanan dalam bergerak la juga tidak dapat dilihat dengan mata. Itulah sebabnya manusia tidak dapat melihat jin. la juga lebih mampu menaik ketinggian yang sangat jauh daripada manusia, dapat melintasi tembok, dan memasuki tempat-tempat tertutup. yang tidak dapat dimasuki dan dilalui oleh manusia. 

Dengan kelebihan unsur api seperti yang telah disebutkan di atas, Iblis merasa lebih mulia dan terhormat dari manusia. la lupa bahawa semua keistimewaan ini tidak akan pernah terjadi dengan sendirinya. Unsur api akan memiliki kelebihan sebagaimana yang disebutkan oleh Iblis, bila Allah meletakkan keistimewaan-keistimewaan tersebut pada unsur asal penciptaan jin. Dan jika Allah tidak meletakkannya pada unsur api, maka keistimewaannya pun tidak akan penah ada. 

Jadi, keistimewaannya bukan teretak pada zat dan unsur penciptaannya. Akan tetapi ia terletak pada Zat yang telah menciptakan beberapa keistimewaan pada api. Jika Allah berkehendak, la boleh menghilangkan seluruh keistimewaan tersebut dari api, dan menjadikan Iblis sebagai makhluk yang terhina. Sikap iblis ini tercatat sebagai keangkuhan terbesar yang pernah dilakukan oleh Iblis. la telah berani menisbahkan keistimewaan unsur tersebut pada dirinya. Satu kesombongan seperti yang pernah dilakukan oleh Qarun.

Al-Quran telah mengabadikan kisah ini pada surah al-Qashash ayat 78,

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ

Ertinya:''Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, kerana ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahawasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka''.

Dan balasan yang ditimpakan Allah kepadanya adalah dengan menenggelamkan dan membinasakan diri dan hartanya ke dalam perut bumi. 

Kemudian, iblis melanjutkan perbuatan maksiatnya, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran,

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Ertinya:''Iblis menjawab: "Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus''. AI-A'raf ayat 16

Ungkapan Iblis yang tersebut dalam ayat ini "فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي'' dan terhadap penyesatan yang telah Engkau lakukan terhadapku ya Allah", layaknya harus kita fahami lebih terperinci. Seolah-olah kesesatan yang telah dilakukannya bersumber dari Allah. Sehingga muncul pertanyaan:" bagaimana Allah akan menghisab perbuatan Iblis, padahal Allah sendiri yang telah menyesatkannya?" 

Hal seperti ini dapat dijawab dengan mengatakan; sesungguhnya Iblis melakukan kesesatan yang datang dari dirinya. Kesombongan telah merasuki jiwanya, dan ia yakin bahawa ia memiliki apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Baik itu yang berasal dari unsur penciptaannya ataupun dari ilmu yang telah diketahuinya. Allah pun membiarkan kesombongan merajalela dalam dirinya, hingga ia tersesat. Jadi, awal dari kesesatan yang ia lakukan bersumber dari syaitan/iblis, hingga Allah membiarkannya tenggelam dalam kesombongan. Akhirnya iapun terjerumus dalam kekafiran. Tentang hal ini, Allah Subhanahuwata'ala telah menyatakan dalam Al-Quran surah Al-Ma'idah,

ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَىٰ وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Ertinya:''Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah. Dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik''. Al-Maidah 108

Dan ayat,

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Ertinya:''Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir''. Al-Maidah ayat 67

Justeru itu, Iblis telah fasik dan kafir. Fasik kerana ia menentang perintah Allah dan menolak untuk bersujud kepada Adam as. Secara defenitif, fasik bererti menjauh dari petunjuk dan jalan Allah. 

Dari kutipan ayat-ayat di atas, kita dapat mengetahui dengan jelas bahawa perintah tersebut benar-benar ditujukan kepada Iblis. Sehingga, tidak seorang pun di antara kita kembali mempertanyakan "bagaimana Allah akan memproses sikap penolakan Iblis atas perintah yang bukan ditujukan untuknya?


Sunday, December 22, 2024

Hakikat Iblis

Hakikat Iblis 

Iblis adalah termasuk bangsa jin, bukan golongan malaikat. Alasannya, malaikat diciptakan sebagai makhluk yang taat kepada perintah Tuhan dan tidak punya kebebasan untuk memilih. Sedangkan jin adalah makhluk yang diberikan kebebasan dalam memilih dan menentukan langkahnya, sebagaimana halnya dengan manusia.

Sebahagian ulama menggolongkan jenis-jenis makhluk pilihan ke dalam dua bahagian iaitu jin dan manusia. Kerana, sesuai dengan firman Allah Subhanahuwata'ala dalam surah Al-Rahman ayat 31, 

سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَ الثَّقَلَانِ

Ertinya:''Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin''. Al-Rahman ayat 31

Dan surah Al-Jinn ayat 14 dan 15,

وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ ۖ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَٰئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا.وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا

Ertinya:''Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam''.

Ini adalah ayat yang menjelaskan bahawa manusia dan iin adalah dua jenis makhluk pilihan. Dari sinilah disimpulkan bahawa bangsa jin ada yang baik dan ada pula yang fasik. Mereka yang fasik disebut syaitan. Oleh kerana itu, Iblis juga termasuk golongan jin yang menentang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam as. Ayat lain yang menceritakan hal ini dapat kita lihat pada surah Al-Kahfi ayat 50,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا

Ertinya:''Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim''.

Demikianlah penuturan tentang kemaksiatan yang telah dilakukan oleh Iblis; iaitu menolak perintah untuk bersujud kepada Adam a.s. Akan tetapi, apakah penolakan Iblis ini semata-mata satu kelalaian ataupun kesalahan yang pada akhinya membuatnya menyesali perbuatannya? Atau, apakah penolakan ini merupakan wujud kesombongan dan kecongkakan yang telah merasuki jiwanya? 

Maksiat yang telah dilakukan oleh Iblis, jelas-jelasnya merupakan kesombongan, keangkuhan dan keinginan untuk melakukan maksiat kepada Allah. Kerana kesombongan-nya, ia berani menentang perintah Allah, sebagaimana tercatat dalam Al-Quran surah Al-Isra' ayat 61,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا

Ertinya:''Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?".

Dan surah Al-A'raf ayat 12,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Ertinya:"Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".

Iblis dengan nyata menolak perintah Allah dengan berkata kepada Allah: "Ya Allah, bagaimana mungkin Engkau menyuruhku bersujud kepada seorang manusia, makhluk yang Engkau ciptakan dari tanah, sedangkan aku Engkau ciptakan dari api?.

Dari sini jelas terlihat bahawa Iblis ingin membebaskan dirinya dari kemaksiatan dan kefasikan yang telah dilakukannya, dengan mengatakan bahawa unsur penciptaan dari api lebih mulia dari tanah. 

Katanya api adalah unsur yang mengandung transparansi, dan makhluk yang diciptakan darinya lebih mulia dan istimewa dibandingkan dengan makhluk yang diciptakan dari tanah. Katanya ía memiliki keistimewaan dalam hal kecergasan, kecepatan, dan keringanan dalam bergerak la juga tidak dapat dilihat dengan mata. Itulah sebabnya manusia tidak dapat melihat jin. la juga lebih mampu menaik ketinggian yang sangat jauh daripada manusia, dapat melintasi tembok, dan memasuki tempat-tempat tertutup. yang tidak dapat dimasuki dan dilalui oleh mausia. 

Tidak ada keistimewaan satu unsur atas unsur lainnya 

Dengan kelebihan unsur api seperti yang telah disebutkan di atas, Iblis merasa lebih mulia dan terhormat dari manusia. la lupa bahawa semua keistimewaan ini tidak akan pernah terjadi dengan sendirinya. Unsur api akan memiliki kelebihan sebagaimana yang disebutkan oleh Iblis, bila Allah meletakkan keistimewaan-keistimewaan tersebut pada unsur asal penciptaan jin. Dan jika Allah tidak meletakkannya pada unsur api, maka keistimewaannya pun tidak akan penah ada. 

Jadi, keistimewaannya bukan teretak pada zat dan unsur penciptaannya. Akan tetapi ia terletak pada Zat yang telah menciptakan beberapa keistimewaan pada api. Jika Allah berkehendak, la boleh menghilangkan seluruh keistimewaan tersebut dari api, dan menjadikan Iblis sebagai makhluk yang terhina. Sikap iblis ini tercatat sebagai keangkuhan terbesar yang pernah dilakukan oleh Iblis. la telah berani menisbahkan keistimewaan unsur tersebut pada dirinya. Satu kesombongan seperti yang pernah dilakukan oleh Qarun.

Al-Quran telah mengabadikan kisah ini pada surah al-Qashash ayat 78,

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ

Ertinya:''Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, kerana ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahawasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

Dan balasan yang ditimpakan Allah kepadanya adalah dengan menenggelamkan dan membinasakan diri dan hartanya ke dalam perut bumi. Kemudian, iblis melanjutkan perbuatan maksiatnya, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran,

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Ertinya:''Iblis menjawab: "Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus''. AI-A'raf ayat 16

Ungkapan Iblis yang tersebut dalam ayat ini "فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي'' dan terhadap penyesatan yang telah Engkau lakukan terhadapku ya Allah", layaknya harus kita fahami lebih terperinci. Seolah-olah kesesatan yang telah dilakukannya bersumber dari Allah. Sehingga muncul pertanyaan:" bagaimana Allah akan menghisab perbuatan Iblis, padahal Allah sendiri yang telah menyesatkannya?" 

Hal seperti ini dapat dijawab dengan mengatakan; sesungguhnya Iblis melakukan kesesatan yang datang dari dirinya. Kesombongan telah merasuki jiwanya, dan ia yakin bahawa ia memiliki apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Baik itu yang berasal dari unsur penciptaannya ataupun dari ilmu yang telah diketahuinya. Allah pun membiarkan kesombongan merajalela dalam dirinya, hingga ia tersesat. Jadi, awal dari kesesatan yang ia lakukan bersumber dari syaitan/iblis, hingga Allah membiarkannya tenggelam dalam kesombongan. Akhirnya iapun terjerumus dalam kekafiran. Tentang hal ini, Allah Subhanahuwata'ala telah menyatakan dalam Al-Quran surah Al-Ma'idah,

ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَىٰ وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Ertinya:''Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah. Dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik''. Al-Maidah 108

Dan ayat,

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Ertinya:''Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir''. Al-Maidah ayat 67.

Justeru itu, Iblis telah fasik dan kafir. Fasik kerana ia menentang perintah Allah dan menolak untuk bersujud kepada Adam as. Secara defenitif, fasik bererti menjauh dari petunjuk dan jalan Allah. 

Dalam istilah ini, orang Arab sering mengatakan "fasiqat al-rathabah", ertinya; tamar mentah disebut fasik ketika ia telah matang. Tamar mentah berwama merah dan menempel kuat pada kulitnya. la tidak akan boleh dilepaskan dari kulitnya. Ketika ia telah matang, dengan sendirinya, buah itu akan terpisah dan menjauh dari kulitnya, hingga dengan mudah dapat mengupas kulitnya. 

Oleh kerana itu, dari kalimat inilah erti fasik kita fahami. Allah Subhanahuwata'ala telah menyatakan dalam Al-Quran bahawa Iblis telah fasik dan kafir. Allah Subhanahuwata'ala membiarkan Iblis dengan keangkuhannya, hingga akhirnya ia terjerumus di jalan yang sesat, maksiat, dan ingkar kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahawa Allah Subhanahuwata'ala tidak menzalimi sesiapa pun. Namun, penzaliman yang terjadi muncul dari dirinya sendiri. Ketika seorang makhluk menzalimi dirinya sendiri, dan kemudian ia mengambil jalan kekafiran, Allah akan membiarkannya tersesat pada jalan yang telah dipilihnya.

Selama ia telah memilih jalan kekafiran, Allah tidak perlu untuk menunjukinya ke jalan yang benar. Allah Maha Agung atas seluruh makhluk-Nya.

Terjerumus dalam kesesatan 

Tatkala Iblis menyedari bahawa dirinya telah menempuh jalan sesat, dan kekafiran telah menyebabkannya terusir dar rahmat Allah, akhimya diputuskan, bahawa ia akan menerima siksa Tuhan selama-lamanya. 

Kemudian, ia memohon kepada Allah untuk memperlambat kedatangan ajalnya hingga hari kiamat, dan menahan rohnya untuk tidak diambil sesaat sebelum ditiupkan terompet sangkakala. Tentang hal ini dengan jelas dapat kita fahami dalam ayat,

 قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Ertinya: ''Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". Sad ayat 79

Jika kita perhatikan ayat ini, Iblis yang telah kafir tetap menggunakan kalimat رَبِّ, Tuhanku, dan tidak menggunakan kalimat Ilahi, Tuhanku. Dalam bahasa Arab, penggunaan kedua kalimat ini berbeza. Kalimat in menunjukkan adanya kesedaran Iblis bahawa ia sedang memohon kepada Allah Subhanahuwata'ala, Tuhan sekalian alam. Tuhan orang mukmin mahupun orang kafir. 

Hal ini berkaitan dengan pembahasan bahawa Allah Subhanahuwata'ala melimpahkan dua anugerah kepada seluruh makhluk-Nya; yang pertama: anugerah rububiyah, (derivasi dari kata Rabb). Ertinya adalah anugerah yang bersifat ketuhanan. 

Hal ini sesuai dengan kewujudan-Nya sebagai Tuhan sekalian alam. Allah Subhanahuwata'ala yang telah menciptakan seluruh makhluk, serta menghidupkan mereka. Kerana itulah, anugerah Allah selalu dilimpahkan kepada sekalian alam, tanpa terkecuali. Baik itu makhluk yang mukmin, kafir, dan yang meminta perlindungan kepadaNya. Hanya saja, jenis anugerah ini bersifat duniawi, hanya di dunia saja. Dan atas kuasa-Nya, la senantiasa melimpahkan rahmat-Nya di bumi, bagi orang yang mempercayai-Nya mahupun yang ingkar kepada-Nya. Maka, siapa saja yang berusaha untuk mendapatkan rezeki-Nya, Allah akan memenuhi rezekinya. 

Sesiapa mengolah sawah ladangnya secara profesional, Allah akan memberikan hasil yang melimpah. Baik itu petani yang mukmin ataupun yang kafir. Dan orang yang berusaha untuk maju dan berkembang dengan cara belajar dan meneliti, maka Allah akan memberikan perubahan pada dirinya berupa kemajuan. Sekali lagi, ini bersifat duniawi, hanya di dunia. 

Sedangkan anugerah yang kedua: anugerah uluhiyyah (derivasi dari kata ilahun). Ertinya anugerah yang bersifat ketuhanan. Anugerah yang hanya dilimpahkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, yang meyakini bahawa tiada Tuhan selain Allah. Kemudian, anugerah inilah yang akan dilimpahkan Allah di akhirat kelak. Saat itu, dunia telah berakhir, dan segala sesuatunya telah kembali kepada Pemiliknya. Anugerah ini diberikan kepada seorang hamba dengan cara melintaskannya dalam fikirannya,kemudian, tanpa ia sedar dan tanpa sebab dan kerja keras, tiba-tiba saja hal itu telah berlaku di hadapan mereka.

Syaitan adalah segala sesuatu yang mengajak untuk menjauh dari Allah, dari logika kebenaran, dan selalu menyeru kepada kemaksiatan. Iblis adalah satu dari jenis makhluk Allah yang durhaka terhadap perintah-Nya. Padahal Allah telah memberikan pilihan antara mematuhi perintah-Nya atau melanggarnya. la menolak dan enggan melakukan perintah Allah. Akibat dari penolakan untuk sujud yang ia lakukan, dan kemaksiatan yang terus berkesinambungan, ia memohon kepada Allah untuk memanjangkan usianya hingga hari kiamat. 

Yang jadi pertanyaan, mengapa Iblis mengajukan permohonan ini kepada Allah? Seperti apa gambaran yang ada dalam fikiran Iblis tentang kehidupan dan eksistens manusia?




Tuesday, December 17, 2024

HAKIKAT SYAITAN

HAKIKAT SYAITAN

Syaitan adalah salah satu dari jenis makhluk halus yang tak dapat kita lihat dengan mata kepala, tetapi ia melihat kita. Selalu berbisik-bisik di telinga, dan mengganggu konsentrasi, tanpa pernah tahu dimana ia berada, apa yang sedang ia lakukan. Dan akhirnya, kita tidak penah memperolehi jawapan dari siapakah syaitan itu. Allah Subhanahuwata'ala dan Rasul-Nya yang mengkhabarkan tentang keberadaan syaitan kepada kita.

Firman Allah Subhanahuwata'ala,

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Maksudnya : “Sesungguhnya syaitan dan kaumnya melihat kamu dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu teman rapat bagi orang-orang yang tidak beriman''.Al-‘Araf ayat 27.

Perkara ini juga ada dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam, riwayat daripada Anas bin Malik RA bahawa Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda,

سِتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ، وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا وَضَعُوا ثِيَابَهُمْ أَنْ يَقُولُوا : بِسْمِ اللَّهِ

Maksudnya : "Penghalang (hijab) antara pandangan mata jin dan aurat bani Adam ketika membuka pakaian ialah membaca bismillah (dengan nama Allah)''. Riwayat al-Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Ausat (2504)

Begitu juga, terdapat riwayat lain daripada Ali bin Abi Talib yang menyatakan bahawa Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda,

سِتْرُ مَا بَيْنَ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ الْكَنِيفَ أَنْ يَقُولَ: بِسْمِ اللَّهِ

Maksudnya : “Penghalang (hijab) antara pandangan mata jin dan aurat bani Adam, ketika masuk ke kanif (tempat buang air), ialah membaca bismillah (dengan nama Allah)''. Riwayat Ibn Majah (297), dan diriwayatkan juga oleh Imam al-Tirmizi (606) dengan sedikit perbezaan.

Allah Subhanahuwata'ala telah mengenalkan kepada kita tentang keberadaan syaitan dan kisah awal permusuhannya dengan manusia, sikap manusia yang benar dalam menghadapi syaitan; sama ada syaitan yang tidak berwujud nyata dan syaitan berwujud nyata.

Firman Allah Subhanahuwata'ala,

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ.فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

Ertinya:''Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". Al-Baqarah ayat 35-36

Firman Allah Subhanahuwata'ala,

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ

Ertinya : “Wahai anak-anak Adam! Janganlah kamu diperdayakan oleh Syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapa kamu dari Syurga, sambil ia menyebabkan terlucutnya pakaian mereka berdua untuk memperlihatkan kepada mereka: aurat mereka (yang sebelum itu tertutup)''. Al-‘Araf ayat 27.

Allah Subhanahuwata'ala sentiasa menyuruh hamba-Nya agar selalu memohon perlindungan kapada-Nya dari syaitan dan kejahatan manusia. Kerana, hanya kekuatan Tuhan yang mampu menandingi segala kekuatan makhluk-Nya. Sama ada makhluk-Nya yang mukmin mahupun yang kafir, yang taat mahupun yang menentang, yang memilih jalan kesesatan mahupun yang diciptakan hanya untuk taat kepada Allah.

Firman Allah Subhanahuwata'ala,

وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ.وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ

Ertinya:''Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku". Al-Mu'minun ayat 97-98

Nabi Sallallahu'alaihiwasallam telah mengajar kita beberapa panduan yang boleh diamalkan. Antaranya adalah dengan membacakan surah al-Baqarah dan ayat al-Kursi. Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah R.A, bahawa Nabi Sallallahu'alaihiwasallam bersabda,

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

Ertinya: “Jangan kamu jadikan rumah kamu seperti kubur. Sesungguhnya syaitan lari dari rumah yang dibacakan surah al-Baqarah di dalamnya".Riwayat Muslim (780) dan al-Nasa’ie (10735)

Menurut Ibnu Mas’ud R.A pula, kata beliau:

إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ فِي بَيْتٍ، خَرَجَ مِنْهُ

Ertinya: “Sesungguhnya syaitan, apabila mendengar surah al-Baqarah dibacakan di dalam rumah, maka dia akan keluar daripada rumah tersebut".Riwayat al-Tabrani dalam Mu’jamal-Kabir (8642) dan al-Darimi (3422)

Nabi Sallallahu'alaihiwasallam juga mengajar kita untuk membaca doa ketika ingin masuk ke dalam rumah. Dalam sebuah hadith yang diriwayatkan daripada Jabir bin Abdillah R.Anhuma, Nabi Sallallahu'alaihiwasallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يُذْكَرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ

Maksudnya: “Apabila seseorang masuk ke dalam rumahnya, kemudian dia mengingati Allah ketika masuk, dan ketika makan, maka syaitan akan berkata (kepada temannya): ‘Tidak ada tempat menginap dan tidak ada makan malam.’ Tapi apabila dia tidak mengingati Allah (bismillah dan jangan lupa mengucapkan salam) ketika masuk, maka syaitan berkata: ‘Kamu memperoleh tempat menginap".Riwayat Muslim (2018), Abu Daud (3765)

Secara keseluruhan, mereka adalah makhluk Tuhan yang harus tunduk kepada kehendak-Nya. Maka, tidak seorang pun dari makhluk yang boleh lari dan menghindar dari ketentuan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran,

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ

Ertinya:""Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui''. AI-An'am ayat 18.

Segala sesuatu di alam ini, tidak ada yang dapat lari dari kehendak Tuhan. Hanya saja ada beberapa jenis hamba yang diberikan pilihan untuk melakukan ketentuan syariat-Nya atau tidak melakukannya. Mereka diberikan pilihan seperti ini, juga atas ketentuan Tuhan. Kerana, Allah Subhanahuwata'ala Mahakuasa untuk menjadikan hamba-Nya taat kepada-Nya mahupun menentang-Nya. Kalau saja Tuhan berkehendak untuk menjadikan mereka semua taat, la Mahakuasa melakukannya.

Firman Allah yang menerangkan tentang hal ini, dapat kita perhatikan dalam Al-Quran surah al-Syu'ara' ayat 3 dan 4,

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ. إِنْ نَشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ

Ertinya:''Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, kerana mereka tidak beriman. Jika kami kehendaki nescaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.

Ayat ini merupakan teguran kepada Rasulullah yang bersedih atas penolakan sebahagian manusia terhadap seruannya, dan pengingkaran mereka terhadap keimanan yang beliau sampaikan. 

Rasulullah bersedih atas sikap mereka, kerana beliau sedar akan ancaman dan siksa yang telah menanti kedatangan umatnya yang ingkar di akhirat kelak. Dan beliau juga diutus untuk keselamatan universal, hingga beliau sangat menginginkan untuk menyelamatkan seluruh manusia dari jalan yang sesat dan siksaan Allah Subhanahuwata'ala.

Dalam ayat ini, Allah Subhanahuwata'ala menegaskan kepada Rasulullah bahawa mereka yang menentang perintah Allah bukan bererti mereka akan selamat dari ketentuan-Nya. Sebab, sebenarnya jika Allah berkehendak, maka la akan menjadikan mereka semua taat kepada-Nya. Akan tetapi, sebaliknya, Allah memberikan pilihan kepada mereka untuk beriman atau tidak beriman, taat atau tidak taat, dan bebas memilih untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya.

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

Ertinya:''Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?''. Yunus ayat 99

Al-Syaukani berkata: “Dan jika Tuhanmu menghendaki, pasti semua orang di muka bumi ini akan beriman. Maksudnya, mereka pasti akan bersatu dalam keimanan tanpa ada perselisihan atau pertengkaran. Namun, Allah tidak menghendaki demikian kerana hal ini bertentangan dengan kemaslahatan yang dikehendaki Allah yang penuh dengan hikmah yang mendalam. Maka adakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka semua menjadi orang-orang yang beriman? Kerana hal itu di luar kemampuan dan kekuasaanmu, wahai Muhammad''. Lihat Fath al-Qadir, 2/312.

Kebebasan memilih ini merupakan bahagian dari iradah kehendak Tuhan. Jadi, Iradah Allah inilah yang memberikan kebebasan bagi mereka untuk taat kepada-Nya atau menentang-Nya. Jadi, tidak seorang-pun dari makhluk-Nya yang lari dan keluar dari kehendak-Nya. 

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

Ertinya:''Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. Al-Kahfi ayat 29

Aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah yang merupakan aliran majoriti umat Islam. Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah meyakini bahawa manusia bebas memilih tindakannya namun keberhasilannya bergantung kepada kehendak Allah Subhanahuwata'ala. jika pilihan tersebut bersesuaian dengan kehendak-Nya, maka Allah Subhanahuwata'ala akan mempermudahkannya. Jika sebaliknya, maka ia akan disulitkan-Nya. 

Sifat-sifat syaitan 

Secara umumnya, syaitan ertinya segala sesuatu yang menjauhkan manusia dari ketaatan pada perintah Allah dan logika kebenaran; cenderung mengajak manusia untuk melakukan maksiat, dan selalu berusaha untuk menjerumuskannya kepada kejahatan. Jadi, segala yang memiliki sifat-sifat d atas adalah syaitan. 

Selanjutnya, kita juga harus mengetahui bahawa ada jenis syaitan dari golongan jin dan pula syaitan dari golongan manusia. Masing-masing memiliki sifat-sifat yang sama, dan target yang sama pula, iaitu; mengajak kepada perbuatan maksiat dan melakukan kerosakan di bumi. 

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

Ertinya:''Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan''.Al-An'am ayat 112

Syaitan-syaitan dari golongan jin adalah para jin yang melakukan maksiat dan menghalang-halangi manusia dari kebenaran, serta mengajak mereka kepada kekafiran. Syaitan-syaitan dari golongan manusia pun melakukan hal dan missi yang sama. Jadi, pengertian syaitan di sini adalah sifat-sifat tertentu untuk misi dan sasaran yang tertentu pula.Istilah syaitan bukan petunjuk atau nama bagi seseorang. Maka, segala sesuatu yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan dan kemaksiatan disebut syaitan.

Dalam sebuah doa, Nabi Sallallahu'alaihiwasallam telah menggabungkan antara kejahatan nafsu dan kejahatan syaitan. Baginda Sallallahu'alaihiwasallam mengucapkan,

اللَّهمَّ فاطرَ السَّمواتِ والأرضِ، عالِمَ الغيبِ والشَّهادةِ، رَبَّ كلِّ شيءٍ ومَلِيكَهُ، أشهَدُ أن لا إلهَ إلَّا أنتَ، أعُوذُ بكَ مِن شرِّ نَفْسي، وشرِّ الشَّيطانِ وشِرْكِهِ

Maksudnya: “Ya Allah, Yang Menjadikan langit dan bumi, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Tuhan bagi setiap sesuatu dan pemiliknya. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung pada-Mu dari kejahatan diriku sendiri dan dari kejahatan syaitan dan teman sekutunya''.

Riwayat Abu Daud (5067), al-Tirmizi (3392), al-Nasa'ie (7699) dan Ahmad (7961)

Syeikh al-‘Azim Abadi menjelaskan bahawa maksud “شر الشيطان” ialah bisikan was-wasnya serta godaan kesesatannya, sedangkan maksud syirkah (شرْكه) pula ialah apa-apa yang mendorong ke arah melakukan syirik dengan Allah. Ia juga boleh dibaca dengan syarakah (شركه) iaitu tali-tali dan perangkap syaitan yang bertujuan memfitnah dan menggoda manusia. Lihat ‘Aun al-Ma’bud, 13/276

Iblis

Sedangkan Iblis, ia adalah syaitan dari golongan jin. Memiliki martabat yang tinggi, dan lama ia hidup bersama para malaikat. Iblis juga salah satu dari jenis makhluk pilihan Allah, tetapi berbeza dengan malaikat. Iblis tidak boleh memberontak dan durhaka kepada perintah (amr) Allah, meskipun ia diberi hak untuk memilih. la hanya boleh enggan dan berontak untuk tunduk (tho'ah) kepada-Nya. Kerana itulah dikatakan bahawa kedurhakaan dan pemberontakan yang ia lakukan bukan terhadap perintah Allah, tetapi durhaka dan berontak dari taat dan tunduk kepada Allah.

Di dalam surah al-Kahfi ayat 50, Allah Subhanahuwata'ala berfirman, 

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنْ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً

Ertinya: Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Kami berfirman kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”; lalu mereka sujud melainkan iblis; ia adalah berasal dari golongan jin, lalu ia menderhaka terhadap perintah Tuhannya. Oleh itu, patutkah kamu hendak menjadikan iblis dan keturunannya sebagai sahabat-sahabat karib yang menjadi pemimpin salain daripadaku? Sedang mereka itu ialah musuh bagi kamu. Amatlah buruknya bagi orang-orang yang zalim: pengganti yang mereka pilih itu". Al-Kahfi ayat 50. 

Perkataan iblis seperti yang dinukilkan oleh Ibn al-Jauzi mempunyai dua pendapat:

1-Ia adalah isim a’jam (bukan nama bahasa arab) yang tiada musytaq dengan sebab itulah ia tidak ditasrif Inilah pendapat Abu Ubaidah, al-Zajjaj dan juga Ibn al-Anbari.

2-Ia musytaq daripada perkataan iblas iaitu putus asa, inilah yang diriwayatkan daripada Abi Soleh dan telah disebut oleh Ibn Qutaibah.

Sunday, December 8, 2024

NILAI SEGALA AMAL BERDASARKAN NIAT

NILAI SEGALA AMAL BERDASARKAN NIAT

Niat menurut bahasa adalah mengarah diri kepada sesuatu perbuatan. [Lihat: al-Mu’jam al-Wasith, 1021] Manakala menurut dewan bahasa dan pustaka pula, niat adalah maksud atau tujuan sesuatu perbuatan. [Lihat: Kemus Dewan Edisi Keempat, 1080]

Menurut Istilah pula, terdapat beberapa definisi yang diberikan:

Telah berkata Imam al-Nawawi:

النِّيَّةُ عَزْمُ الْقَلْبِ عَلَى عَمَلِ فَرْضٍ أَوْ غَيْرِهِ

Maksudnya: “Niat adalah keazaman (tekad) di dalam hati di atas setiap perkara yang fardhu dan selain daripadanya (wajib)”. [Lihat: al-Majmu’, 310/1]

Telah berkata Ibn Abidin:

قَصْدُ الطَّاعَةِ وَالتَّقَرُّبِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي إيجَاد الْفِعْلِ

Maksudnya: “Niat adalah tujuan melakukan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Subhaahuwata'ala dengan perbuatan”. [Lihat: Rad al-Mukhtar, 105/1]

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahawa niat adalah lintasan hati dalam ketika ingin melakukan sesuatu perkara. Antara faedah atau fungsi niat adalah:

Pertama: Membezakan ibadah daripada ibadah-ibadah yang lain. Contohnya antara puasa yang wajib dengan puasa yang sunat.

Kedua: Membezakan ibadah daripada adat. Contohnya, seseorang itu mandi dan diniatkan bahawa ia adalah mandi janabah maka mandi tersebut akan mendapat pahala. Jika seseorang itu mandi untuk menghilangkan kepanasan maka tidak akan mendapat pahala kerana mandiannya itu bukanlah berbentuk ibadah. Daripada inilah, para ulama’ mengeluarkan satu kaedah iaitu:

الأَمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا

Maksudnya: “Setiap perkara itu berdasarkan (dinilai) tujuan-tujuannya”.

Niat merupakan asas atau kayu ukur bagi sesuatu amalan yang dilakukan dan niat itu perlulah diniatkan hanya kepada Allah Subhaahuwata'ala. Tambahan pula, niat juga yang akan menentukan sesuatu amalan itu diterima atau ditolak oleh Allah Subhaahuwata'ala.  

Daripada Abu Hurairah RA bahawa Nabi Sallallahu'alaihiwasallam,

إِنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah Subhaahuwata'ala tidak melihat kepada rupa dan harta kamu. Akan tetapi Allah Subhaahuwata'ala melihat kepada hati dan amalan kamu". Riwayat Muslim (2564)

Daripada Amirul Mukminin Abi Hafs, Umar bin al-Khattab RA katanya, aku mendengar Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى الله وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ اِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Maksudnya: “Sesungguhnya setiap amalan berdasarkan niat dan sesungguhnya setiap orang mengikut yang dia niat. Maka sesiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan siapa yang hijrahnya kerana dunia untuk dia dapatinya atau perempuan untuk dikahwininya, maka hijrahnya mengikut apa yang dia hijrah kepadanya”.

Riwayat al-Bukhari dalam permulaan kitab Sahihnya, Muslim (1907), Abu Daud (2201), al-Tirmizi (1646), Ibn Majah (4227), al-Nasaie (1/59-60), Ahmad dalam al-Musnad (1/25 dan 43), al-Daruqutni, Ibn Hibban dan al-Baihaqi.

Nilai segala amal berdasarkan niat, Huraiannya: 

Perkataan 'Niat' bererti: 

(1) Tujuan yang membangkit dan menggerakkan hati seseorang hendak melakukan sesuatu perkara yang tertentu. 

(2) Perasaan berbangkitnya dan tergeraknya hati hendak melakukan perkara itu. 

Pengertian yang pertama menjadi asas untuk menilai baik buruknya perkara yang hendak dilakukan itu. 

Pengertian yang kedua pula menjadi asas untuk diiktiraf dan dikirakan perkara yang dilakukan itu. 

Tiap-tiap satu perbuatan atau amal yang dilakukan oleh seseorang tidak dapat tidak didorong oleh niatnya, dengan sebab itu maka tiap-tiap amal yang baik dan yang buruk dinilai berasaskan niat orang yang melakukannya. Cara menilai yang demikian menjadi asas bagi segala amal dalam Islam. Menurut asas yang tersebut maka satu-satu amal yang dikerjakan oleh dua orang dengan dorongan dua niat yang berlainan maka nilainya dikira berlainan pula. 

Bagi menjelaskan keadaan asas itu, Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda menerangkan amal berhijrah sebagai contoh. Berhijrah daripada Mekah ke Madinah pada masa itu adalah diwajibkan ke atas orang-orang Islam. Dalam pada itu amalan berhijrah itu diberi nilaian yang berlainan dengan sebab berlainan niat orang yang melakukannya, sebagaimana yang ternyata daripada sabda Baginda Sallallahu'alaihiwasallam dalam hadith ini.

Soal Niat 

Sebelum memulakan sesuatu amal hendaklah terlebih dahulu memperbaiki niat dan keikhlasannya, dan hendaklah mengambil tahu dan memikirkan halnya dengan teliti, kerana niat itu menjadi asas, dan segala amal tetap menjadi pengikutnya; jika baik niat seseorang maka baikah amalnya, dan jika buruk dan rosak niatnya maka buruklah dan rosaklah pula amalnya.

Olehitu, tiap-tiap seorang janganlah ia menuturkan sesuatu perkataan. atau mengerjakan sesuatu amalan, atau berniat hendak menjalankan sesuatu urusan, melainkan hendaklah ia menjadikan niatnya semata-mata untuk "bertaqarrub" (mendekatkan diri) kepada Allah dan mengharapkan pahala yang ditentukan oleh Allah Subhanahuwata'ala bagi amal yang diniatkan itu.

Benar atau tidaknya niat yang didakwakan oleh seseorang.

Disyaratkan bagi benarnya niat seseorang hendaklah disertakan dengan amal; maka sesiapa yang menuntut ilmu misalnya, dan mendakwa bahawa niatnya pada mencapai ilmu itu ialah untuk beramal dan mengajarkannya. kemudian ia tidak melakukan yang demikian setelah mendapat ilmu itu maka nyatalah niatnya yang tersebut tidak benar.

Juga sesiapa yang mencari kekayaan dunia dan mendakwa bahawa ia mencari kekayaan dunia itu ialah dengan tujuan 'berdikari' tidak bergantung kepada orang, dan kerana hendak membantu orang-orang yang memerlukan bantuan, memberi sedekah kepada fakir miskin, dan melakukan silaturrahim kepada kaum kerabat, kemudian ia tidak melakukan yang demikian setelah mendapatnya, maka nyatalah tidak benar niatnya itu. 

Niat tidak dapat mengubah keadaan maksiat.

Sebenarnya niat itu tidak memberi kesan dan tidak dapat mengubah sama sekali akan hakikat sesuatu perbuatan buruk atau sesuatu maksiat. Perkara yang buruk tetap buruk, walaupun orang yang melakukannya mendakwa bahawa perkara itu dilakukan dengan niat Yang baik.

Misalnya: Orang yang meminum arak dengan niat hendak menguatkan badan untuk berbuat ibadat, maka niatnya yang demikian tidak menjadikan perbuatannya itu baik, bahkan niat mendampingkan diri dengan melakukan maksiat itu dikirakan niat yang jahat, dan niat itu juga menambahkan kejahatan kepada maksiat yang dilakukan itu.

Oleh itu, tiap-tiap seorang sepatutnya berusaha dengan bersunguh sungguh menguasai niatnya untuk mengharapkan keredhaan Allah semata-mata, dan seharusnya pula berniat ketika melakukan perkara-perkara yang harus sebagai bantuan untuk menolongnya mengerjakan ketaatan kepada Allah Subhanahuwata'ala. 

Elok juga diketahui bahawa sesuatu amal boleh dihimpunkan padanya beberapa niat, dan orang yang mengerjakannya mendapat pahala bagi tiap-tiap niat yang diniatkannya itu. 

Misalnya: Dalam perkara-perkara taat, apabila seseorang membaca al-Quran hendaklah meniatkan untuk bermunajat dengan Allah Subhanahuwata'ala kerana orang yang membaca al-Quran adalah orang yang bermunajat terhadap Tuhannya; dan hendaklah juga meniatkan untuk mendapat ilmu pengetahuan daripada al-Quran, kerana al Quran menjadi sumbernya dan juga hendaklah ia meniatkan untuk mendatangkan faedah kepada dirinya sendiri dan pendengar-pendengarnya dengan bacaan al-Quran itu, dan lain-lain lagi daripada segi niat niat yang baik. 

Dalam perkara-perkara yang harus pula, apabila makan minum hendaklah ia meniatkan untuk mematuhi perintah Tuhannya yang berbunyi,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Maksudnya:''Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah''.Al-Baqarah ayat 172

Dan juga meniatkan dengan makan minum itu untuk mendapat tenaga dan kekuatan yang memudahkannya mengerjakan taat kepada Allah Subhanahuwata'ala, dan tuga meniatkan untuk melahirkan syukur kepada Allah yang memerintahkan dengan firman-Nya,

كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ

Maksudnya:"...Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya..." Saba ayat 15

Dan demikianlah seterusnya yang seharusnya dilakukan mengenai niat-niat yang baik. Perlu diketahui, seseorang itu tidak sunyi - semasa ia berniat- untuk melakukan sesuatu perkara, daripada salah satu daripada tiga keadaan:

Pertama - Bahawa ia berniat serta bertindak melakukannya.

Kedua - Ia berniat dan tidak bertindak melaksanakannya sedang ia boleh bertindak; maka hukum keadaan niat yang demikian dan keadaan niat yang pertama ada diterangkan oleh Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam,

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً

Maksudnya:''Dari Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma, dari Nabi ﷺ yang beliau riwayatkan dari firman Rabbnya ﷻ, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan. Kemudian Allah jelaskan, 'Barang siapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, namun belum ia amalkan, Allah telah mencatat baginya satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, hanya saja jika ia amalkan, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan yang dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan dilipatgandakan dengan jumlah yang tak terhingga. Sebaliknya, barang siapa yang berniat melakukan keburukan, kemudian tidak ia amalkan, Allah telah mencatat baginya satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, hanya saja jika ia melakukan keburukan tersebut, Allah hanya mencatat baginya satu keburukan saja''. Riwayat Bukhari(6010)

Ketiga - ia berniat untuk melakukan sesuatu perkara, sedang ia tidak mampu melakukannya, lalu ia berkata dalam hatinya "Kalaulah aku terdaya melakukannya nescaya aku lakukan, maka ia beroleh balasan bagi apa yang diniatkannya itu, sama seperti yang didapat oleh orang yang mengerjakannya.

Hendaklah diingat lagi. sesuatu amal itu ada kalanva dikerjakan dengan perasaan riak semata-mata dan ada kalanya bercampur dengan riak. Kedua-dua jenis ini tidak ada pahala padanya bahkan haram dilakukan. Demikian juga tidak ada pahala bagi mana-mana amal yang dikerjakan semata-mata dengan tujuan mendarat keuntungan dunia, seperti berjuang di medan perang untuk mendapat harta rampasan sahaja; tetapi kalau perjuangannya itu untuk meninggikan agama Allah serta mendapat harta rampasan perang, maka perjuangannya yang tersebut mendapat pahala, walaupun tidak sepenuhnya 

Selain itu, sesiapa yang melakukan sesuatu amal ibadat kemudian terlintas di hatinya perasaan riak semasa ia mengerjakannya, lalu ia menolaknya dengan serta merta maka tidaklah tercacat amal ibadatnya itu; masalah ini diakui sahnya secara ijmak Kalau ia teruskan perasaan riak itu maka hampalah amal ibadatnya yang tersebut daripada beroleh pahala kalaulah perkara yang dikerjakannya itu berhubung antara satu dengan yang lain hingga ke akhirnya, seperti yang terdapat dalam solat dan juga yang terdapat di dalam amalan haji; tetapi kalau perkara yang dikeriakannya itu tidak berhubung antara satu dengan yang lain, seperti membaca al-Quran, bertasbih dan bertahlil, maka ia hanya mendapat pahala bagi bahagian yang tidak ada perasaan riak padanya; kalau pula satu-satu amal ibadat yang dikerjakan itu sempurna dan bersih suci dari segala yang mencacatkanaya, kemudian ia dipuji orang lalu ia bergembira dengan pujian itu, maka yang demikian tidak merosakkan ibadatnya yang telah sempurna itu.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

Maksudnya:''Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan''.Hud ayat 15


Syaitan beraksi di setiap pintu masjid

Syaitan beraksi di setiap pintu masjid  Syaitan sentiasa mengunjungi tempat-tempat ibadah, majlis zikir, dan masjid-masjid. Di sana, ia beru...