Wednesday, November 29, 2023

Benarkah cinta kita kepada Nabi Muhammad Sallallahu'alaihiwasallam?

Benarkah cinta kita kepada Nabi Muhammad Sallallahu'alaihiwasallam?


Ketakwaan yang sempurna adalah dengan mentaati Allah dan rasul-Nya secara keseluruhan. Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ


Maksudnya:"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, takut kepada Allah, dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan". An-Nur ayat 52.


Diantara amalan hati yang paling agong yang dapat kita persembahkan kepada Allah Subhanahuwata’ala adalah rasa cinta kepada Nabi Muhammad Sallallahu‘alaihiwasallam. Kecintaan yang menumbuhkan rasa semangat di dalam mengikuti setiap jejak langkah beliau, mentaati seluruh perintahnya, menyebarkan sunnahnya, serta menjauhkan diri dari apa-apa yang beliau larang.


Kita tidak akan dapat merasai kemanisan iman, kecuali dengan benar-benar mencintai Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam dengan sempurna. Di dalam Ash-Shahihain, terdapat hadith yang diriwayatkan oleh sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


ثَلَاثٌ مَن كُنَّ فيه وجَدَ حَلَاوَةَ الإيمَانِ: أنْ يَكونَ اللَّهُ ورَسولُهُ أحَبَّ إلَيْهِ ممَّا سِوَاهُمَا، وأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لا يُحِبُّهُ إلَّا لِلَّهِ، وأَنْ يَكْرَهَ أنْ يَعُودَ في الكُفْرِ كما يَكْرَهُ أنْ يُقْذَفَ في النَّارِ.


Maksudnya:"Tiga hal yang barangsiapa memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman. 1) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya, 2) mencintai seseorang semata-mata kerana Allah, dan 3) benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka". Riwayat Bukhari (16) dan Muslim (43).


Seorang muslim tidak akan sempurna imannya, kecuali jika ia benar-benar mencintai Nabi Muhammad Sallallahu‘alaihiwasallam. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


لا يُؤمِنُ أحَدُكم حتَّى أكونَ أحَبَّ إليه مِن وَلَدِه ووالدِه والنَّاسِ أجمعينَ


Maksudnya:"Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga diriku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia". Riwayat Bukhari (15) dan Muslim (44)


Mencintai Nabi Muhammad Sallallahu‘alaihiwasallam merupakan salah satu pokok keimanan yang berhubung erat dengan kecintaan kita kepada Allah Subhanahuwata’ala. Bahkan Allah Subhanahuwata’ala  mengancam sesiapa sahaja yang mendahulukan kecintaannya kepada hal-hal yang secara naluriah dicintai oleh manusia daripada kecintaannya kepada Nabi Muhammad Sallallahu‘alaihiwasallam, baik berupa kecintaan kepada sanak saudara, harta benda, ataupun tanah air, dan yang semisalnya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ


Maksudnya:"Katakanlah, ‘Jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sehingga Allah memberikan keputusan-Nya". At-Taubah ayat 24.


Pada suatu hari, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam,


يا رَسولَ اللَّهِ، لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن كُلِّ شَيْءٍ إلَّا مِن نَفْسِي


Maksudnya:"Wahai rasulullah, dirimu lebih aku cintai dari apapun, kecuali diriku.”

Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


لَا، والَّذي نَفْسِي بيَدِهِ، حتَّى أكُونَ أحَبَّ إلَيْكَ مِن نَفْسِكَ


Maksudnya:"Tidak, demi Zat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai bahkan dari dirimu sendiri.”

Maka Umar pun menjawab,


فإنَّه الآنَ، واللَّهِ، لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن نَفْسِي


Maksudnya:""Demi Allah, Sesungguhnya sekarang dirimu lebih aku cintai bahkan daripada diriku sendiri.”

Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam pun mengatakan,

الآنَ يا عُمَرُ.


Maksudnya:"Sekarang ya Umar (Imanmu telah sempurna)". Riwayat Bukhari (6632)


Perhatikanlah! Bagaimana pengajaran Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam kepada Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu?! Pengajaran bahawa kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya mestilah lebih diutamakan, bahkan melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri.

 

Kecintaan kita kepada Rasulullah akan membawa kita lebih dekat dengan beliau Sallallahu‘alaihiwasallam dan akan bersamanya di akhirat kelak.


Suatu hari telah datang seseorang menemui Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, bilakah kiamat akan terjadi?”

Beliau menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?”


Laki-laki itu menjawab;


مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ


Maksudnya:"Aku belum mempersiapkan banyak, samaada ianya solat, puasa, ataupun sedekah. Namun, aku hanya mencintai Allah dan rasul-Nya".


Beliau Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


أنْتَ مع مَن أحْبَبْتَ


Maksudnya:“Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai". Riwayat Bukhari (6167) dan Muslim (2639)


Sungguhnya suatu keutamaan yang besar bagi siapapun yang mencintai Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam dan mahu mengikuti petunjuknya. Dengan rasa cinta ini serta rasa semangat untuk mengikuti beliau, maka kita semua berpeluang untuk bersamanya di syurga kelak.


Ada beberapa tanda yang dapat kita wujudkan agar kecintaan kita kepada Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam adalah sebuah kecintaan yang benar. Tanda-tanda yang akan membezakan dan memperlihatkan siapakah  yang jujur dan tepat di dalam mencintai nabinya dan siapa pula yang hanya mengaku-aku saja.


Tanda pertama: 


Beriman kepada Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam dan membenarkan seluruh khabar yang datang darinya, baik itu yang bersumber dari Al-Qur’an mahupun yang berupa hadith-hadith beliau Sallallahu‘alaihiwasallam.


Allah Ta’ala berfirman,


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا


Maksudnya:"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” An-Nisa ayat 136.


Tanda kedua: 


Menjunjung tinggi dan memuliakan beliau serta memuliakan sunah-sunah dan ajaran beliau Sallallahu‘alaihiwasallam.


Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ ، لِّتُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِه وَتُعَزِّرُوْهُ وَتُوَقِّرُوْهُۗ وَتُسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا


Maksudnya:"Sesungguhnya Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar kamu semua beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang". Al-Fath ayat  8-9.


Di ayat yang lain Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِه وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٓ ۙاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ 


Maksudnya:"Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung". Al-A’raf ayat  157


Rasa cinta akan memunculkan pengagongan. Pengagongan yang akan membuat seseorang merasa marah apabila orang yang dicintainya tersebut dihina dan dicela.


Tanda ketiga: 


Melaksanakan seluruh perintahnya dan meninggalkan apa-apa yang dilarangnya.


Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَۚ فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاِنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ


Maksudnya:"Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang". At-Tagabun ayat 12.


Di antara wasiat beliau kepada umatnya yang hidup di akhir zaman adalah berpegang teguh kepada sunnah dan berhati-hati dari perkara bid’ah, mengadakan hal-hal baru dalam peribadatan dan ibadah, samada itu membuat prosesi tertentu atau meyakini adanya keutamaan tertentu dari perbuatan bid’ah yang ia lakukan. Kerana mengadakan hal-hal baru terkait ibadah akan menghantarkan seseorang ke dalam kesesatan. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


إنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ


Maksudnya:"Barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah oleh kalian perkara (agama) yang diada-adakan kerana setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah kesesatan". Abu Daud (4607) dan Ahmad (17185)


Tanda keempat:


Memperbanyak selawat serta salam kepada beliau Sallallahu‘alaihiwasallam,


Allah Subhanahuwata’ala memerintahkan untuk melakukan perkara tersebut dalam firman-Nya,


إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،


Maksudnya:"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat ke atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Al-Ahzab ayat  56.


Konsep mengenai cinta kepada Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam telah mengalami perubahan dan pergeseran. Di zaman para sahabat dahulu kala, mereka memaknai kecintaan kepada Rasulullah dengan mengutamakan cintanya kepada beliau melebihi kecintaan mereka kepada hal-hal yang lainnya serta mengikuti sunnah beliau dalam segala hal.


Pecinta dan pengagong Rasulullah yang sebenar adalah mereka yang senantiasa mengagongkan sunnah-sunnahnya, menjalankan apa-apa yang menjadi syariatnya, serta mengikuti jejak beliau dalam setiap perkataan mahupun perbuatan.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ





Thursday, November 23, 2023

Saudara kita di Palestin sedang ditimpa musibah

Saudara kita di Palestin sedang ditimpa musibah

Apabila kaum mukmin menghadapi  semua musibah dan bertakwa kepada Allah dengan istiqamah untuk taat kepada-Nya dan menjauhi maksiat-maksiat kepada-Nya, maka sesungguhnya itu termasuk sikap-sikap yang patut dibulatkan tekad untuk dilakukan dan berlomba-lomba di dalamnya. Ketakwaan pula merupakan salah satu kunci di dalam menghadapi ujian dan cubaan. Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ


Maksudnya:"Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu (iaitu dari orang-orang Yahudi dan Nasrani) dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan". Ali Imran ayat 186.


Ujian dan cubaan yang menimpa negeri-negeri kaum muslimin merupakan bukti akan kebenaran firman Allah Subhanahuwata'ala dan risalah Nabi Muhammad Sallallahu‘alaihiwasallam. sebelum semua itu terjadi, Allah Subhanahuwata'ala telah mengkhabarkan,


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ


Maksudnya:"Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".  Al-Baqarah ayat 155.


Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahuwata'ala juga menyebutkan bahawa ujian dan musibah yang menimpa kaum muslimin, adalah kebahagiaan bagi orang-orang yang dapat bersabar, tidak menghujah, dan menerima keputusan serta takdir Allah Subhanahuwata'ala yang telah dituliskan untuknya.


Kesabaran merupakan pertanda bahawa dirinya termasuk orang yang benar-benar beriman kepada Allah Subhanahuwata’ala serta merupakan ciri khas orang yang bertakwa kepada-Nya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ


Maksudnya:"Dan, orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa".  Al-Baqarah ayat 177.


Sebelum berlaku lagi, bagi orang-orang yang mampu bersabar ketika ujian itu datang, maka Allah telah siapkan pahala yang tidak terbatas kepada mereka. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


إنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ


Maksudnya:"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". Az-Zumar ayat 10.


Di dalam setiap ujian dan cubaan yang Allah Subhanahuwa’ala berikan kepada kita dan saudara-saudara kita, pasti ada hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dan kita ambil, di antaranya:


Yang pertama,


Disaat sebuah musibah menimpa, maka itu adalah waktu yang tepat untuk seseorang bertaubat, kembali kepada Allah Subhanahuwata’ala, melakukan amal-amal soleh dan menjauhkan diri dari dosa dan kemaksiatan. Sesungguhnya, tidaklah sebuah musibah itu menimpa, kecuali kerana perbuatan dosa. Dan tidaklah ia diangkat, kecuali kerana taubat dan kembalinya seorang hamba kepada Allah Subhanahuwata’ala. Allah Subhanahuwata’ala di dalam Al-Qur’an mengajak diskusi para sahabat yang mendapatkan musibah kekalahan di perang Uhud,


أَوَلَمَّآ أَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Maksudnya:"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata, ‘Darimana datangnya (kekalahan) ini?’ Katakanlah, ‘Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.’ Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu". Ali Imran ayat 165.


Sudah menjadi kewajipan kita untuk mengintrospeksi diri kita masing-masing. Mungkin ujian dan cubaan yang datang silih berganti kepada kita dan saudara kita ini adalah akibat dari perbuatan dosa dan kesalahan kita sendiri. Mari bersama-sama bertaubat kepada Allah Subhanahuwata’ala, meminta ampun kepada-Nya serta beramal soleh dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan beramal serta mendoakan saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah.


Yang kedua,


Allah berkuasa secara langsung untuk membinasakan orang-orang kafir tersebut, akan tetapi Allah tidak lakukan. Hal ini Allah takdirkan untuk dijadikan ujian bagi kaum mukminin. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


ذٰلِكَ ۛ وَلَوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَا۟ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَلَنْ يُّضِلَّ اَعْمَالَهُمْ


Maksudnya:"Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki nescaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka". Muhammad ayat 4


Seandainya Allah menghendaki, nescaya Allah akan memenangkan orang-orang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir tanpa melalui peperangan. Akan tetapi, Allah hendak menguji kita dengan mensyariatkan jihad sebagai jalan menolong agama-Nya.


Semoga Allah Subhanahuwata’ala senantiasa memberikan kesabaran dan ketakwaan kepada kita dan saudara-saudara kita di Palestin, memberikan juga kemenangan dan keamanan kepada mereka di dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka.


Ingatlah! Kaum mukmin itu adalah satu kesatuan. Mereka itu seperti tubuh yang satu. Jika ada satu anggota tubuh yang merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya pun ikut merasakannya juga. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam dalam sabda beliau,


مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى


Maksudnya:"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)". Riwayat Bukhari (6011) dan Muslim (2586)


Allah Subhanahuwata’ala juga berfirman di dalam Al-Qur’an,


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ


Maksudnya:"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat". Al-Hujurat ayat 10.


Demikian juga firman-Nya di dalam surah At-Taubah ayat yang ke-71,


وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


Maksudnya:"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan solat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana".  At-Taubah ayat  71.


Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam juga pernah bersabda,


الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.


Maksudnya:"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barangsiapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat". Bukhari (2442 dan Muslim (2580)


Oleh kerana itu, mari kita doakan saudara-saudara kita di Palestin dan di tempat-tempat lainnya yang sedang dalam kesempitan dan kesedihan. Semoga Allah Subhanahuwata’ala mengangkat ujian, rasa sedih, dan kesusahan yang sedang mereka hadapi. Rutinkanlah dan biasakanlah untuk mendoakan mereka dalam setiap kesempatan yang ada, terutama di waktu-waktu di mana doa di dalamnya mustajab.


Jangan sekali-kali berputus asa, bosan, dan berat hati untuk mendoakan mereka. Sungguh manusia yang paling lemah adalah yang paling lemah dan bermalas-malasan di dalam berdoa. Padahal Allah Subhanahuwata’ala telah mengatakan tentang diri-Nya,


أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ


Maksudnya:"Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat". An-Naml ayat 62.


Betapa banyak musibah, rasa susah, dan kesedihan yang Allah hapuskat berkat dari doa-doa yang dipanjatkan. Dan betapa banyak juga doa-doa menjadi penyebab datangnya rahmat dan rezeki dari Allah Subhanahuwata’ala.


Jangan lupa untuk membantu saudara-saudara kita semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kita. Berikan sumbangan dan bantuan kepada mereka. Penuhi keperluan-keperluan mereka. Kerana Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُم


Maksudnya:"Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan (hartamu) di jalan Allah. Lalu, di antara kamu ada orang yang kikir. Dan barangsiapa kikir, maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allahlah Yang Mahakaya dan kamulah yang memerlukan (kurnia-Nya). Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar), Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini)".  Muhammad ayat 38.


Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan pertolongannya kepada kaum muslimin. Semoga Allah Subhanahuwata’ala menghancurkan dan memporak-porandakan musuh-musuh Islam yang berusaha menghalangi kaum muslimin dari melakukan ketaatan, merampas hak-hak mereka, dan bahkan membunuh anak-anak mereka.


Ya Allah, berilah kami dan saudara-saudara kami kesabaran dan ketakwaan di dalam menghadapi musibah yang sedang kami hadapai ini. Berilah kami jalan keluar dan kemudahan atas setiap permasalahan yang sedang kami hadapi.






Wednesday, November 15, 2023

Jangan berhenti kerana manusia.

Jangan berhenti kerana manusia.

Jika telah dimulai sesuatu perkara kerana Allah,maka janganlah menyerah kerana manusia. Teruskan apa yang sudah di niatkan. Jikalau akhirat yang niatkan, kelak Allah akan mengatur dan menyertakan dunia untuk ikut hadir menyertainya. Memang itu berat dan akan selalu terasa berat jika niat di awal salah. Kerana itu, perlulah meluruskan niat dan memupuknya dalam memperbaharui niat yang lurus.


Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda,


مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ


Maksudnya:"Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya". Riwayat Tirmidzi (2465). 


Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ


Maksudnya:"Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya". Al-Insyiqaq ayat 6


Niat itulah yang akan menjadi kekuatan yang besar dalam kita menjalani kehidupan sebagai seorang hamba. Niat yang ikhlas menuntun manusia pada jalan kebaikan dan istiqamah. Seseorang yang ikhlas dalam menjalankan hidup dan beribadah akan memahami bahawa amalan dan ibadah yang ia lakukan itu akan diganjari pahala dan ia tidak akan mengejar penilaian manusia. Justeru dengan itu, semangat ibadahnya dan semangat hidupnya pun akan bangkit, samaada ada dokongan ataupun tidak ada dokongan dari manusia. Sebagaimana dalam sebuah hadith, 


Daripada Amirul Mukminin Abi Hafs, Umar bin al-Khattab RA katanya, aku mendengar Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda:

 

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى الله وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ اِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ


Maksudnya: “Sesungguhnya setiap amalan berdasarkan niat dan sesungguhnya setiap orang mengikut yang dia niat. Maka sesiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan siapa yang hijrahnya kerana dunia untuk dia dapatinya atau perempuan untuk dikahwininya, maka hijrahnya mengikut apa yang dia hijrah kepadanya”.

 

Riwayat al-Bukhari dalam permulaan kitab Sahihnya, Muslim (1907), Abu Daud (2201), al-Tirmizi (1646), Ibn Majah (4227), al-Nasaie (1/59-60), Ahmad dalam al-Musnad (1/25 dan 43), al-Daruqutni, Ibn Hibban dan al-Baihaqi


Hadith ini memerlukan dua perkara dalam kehidupan kita:


Pertamanya niat yang tulus agar dipahalakan Allah. Antara tujuan niat membezakan antara adat dengan ibadah, jika ibadah akan dipahalakan Allah Subhanahuwata'ala.


Kita juga maklum bahawa niat merupakan perkara yang amat penting kerana ia yang akan menentukan tujuan amalan tersebut.

 

Kedua perlunya kita berhijrah daripada baik kepada yang lebih baik dan menggunakan hijrah untuk membaiki kehidupan kita. Sejarah telah membuktikan bermulanya kejayaan Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam dan para sahabat selepas berhijrah.


Niat menurut bahasa adalah mengarah diri kepada sesuatu perbuatan. [Lihat: al-Mu’jam al-Wasith, 1021] Manakala menurut dewan bahasa dan pustaka pula, niat adalah maksud atau tujuan sesuatu perbuatan. [Lihat: Kemus Dewan Edisi Keempat, 1080]

 

Menurut Istilah pula, terdapat beberapa definisi yang diberikan:


Telah berkata Imam al-Nawawi:


النِّيَّةُ عَزْمُ الْقَلْبِ عَلَى عَمَلِ فَرْضٍ أَوْ غَيْرِهِ


Maksudnya: “Niat adalah keazaman (tekad) di dalam hati di atas setiap perkara yang fardhu dan selain daripadanya (wajib)”. Lihat: al-Majmu’, 310/1.

 

Telah berkata Ibn Abidin:


قَصْدُ الطَّاعَةِ وَالتَّقَرُّبِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي إيجَاد الْفِعْلِ


Maksudnya: “Niat adalah tujuan melakukan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahuwata'ala dengan perbuatan”. Lihat: Rad al-Mukhtar, 105/1.

 

Berdasarkan definisi di atas, dapat  disimpulkan bahawa niat adalah lintasan hati dalam ketika ingin melakukan sesuatu perkara. 


Ikhlas itu berat, namun nilainya luar biasa. Niat kerana Allah itu tidaklah mudah, namun jika kita ikhlas dalam menjalankan sesuatu, maka nantinya Allah akan menjadikan yang sulit menjadi mudah, yang jauh menjadi dekat, dan yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika sudah Allah kehendaki.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda,


كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ


Maksudnya:"Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ’, amalan tersebut terputus berkahnya". Riwayat Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam Tabaqat-nya.


Jika segala perbuatan dan ibadah yang kita kerjakan diniatkan ikhlas kerana Allah Subhanahuwata'ala, maka sudah semestinya kita tidak goyah sedikit pun jika ada ujian atau ada orang yang tidak suka dengan kita. Dari hal itulah  kita sudah semestinya melaksanakan dengan bersungguh-sungguh dan istiqamah dalam menjalankan setiap aktiviti dalam kehidupan kita. Jangan  kerana penilaian manusia, kita berhenti berdakwah. Jangan kerana Jumlah manusia yang sedikit dalam beribadah, kita berhenti istiqamah dalam hal kebaikan serta berhenti istiqamah dalam hal beribadah. Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah memberikan nasihat,


تَرْكُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ وَالْعَمَلُ لِأَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ


Maksudnya:"Meninggalkan amalan kerana manusia termasuk riya’ dan beramal kerana manusia termasuk syirik".


Semoga Allah Subhanahuwata'ala menjaga hidayah dan istiqomah kita, mengurniakan keberkatan dan keikhlasan dalam setiap amal yang kita perbuat.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



Saturday, November 11, 2023

Bahaya khalwat

Bahaya khalwat

Khalwat yang diharamkan dari sudut syarak ialah: Seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan yang ajnabi jauh dari pandangan mata manusia.


Hukum berdua-duaan seperti ini adalah diharamkan berdasarkan sebuah hadith:

 

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ ‏


Maksudnya:" Janganlah bersunyi-sunyian seorang lelaki dan perempuan melainkan yang bersama-sama perempuan tersebut mahramnya". Riwayat Muslim (3112)

 

Kata al-Imam al-Nawawi ketika mensyarahkan hadis ini: Apabila bersendirian seorang lelaki ajnabi dan seorang perempuan ajnabiah tanpa adanya orang ketiga bersama keduanya maka ia (berdua-duaan) adalah haram dengan kesepakatan para Ulama. Lihat Syarah Sahih Muslim (9/109)  


Setelah kita ketahui hukum perbuatan ini, maka fahamlah kita bahawa ia termasuk dalam perbuatan maksiat.


Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda:


لا يخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما


Maksudnya:“Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua". Riwayat Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Sahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. 


ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يخلون بامرأة ليس معها ذو محرم منها فإن ثالثهما الشيطان


Maksudnya:"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut, kerana syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua". Riwayat Ahmad 3/339.


Al-Munawi berkata, “Iaitu syaitan menjadi penengah (orang ketiga) diantara keduanya dengan membisikan mereka (untuk melakukan kemaksiatan) dan menjadikan syahwat mereka berdua bergejolak dan menghilangkan rasa malu dan rasa segan dari keduanya serta menghiasi kemaksiatan hingga nampak indah dihadapan mereka berdua, sehingga akhirnya syaitanpun menyatukan mereka berdua dalam kenistaan (iaitu berzina) atau (minimal) menjatuhkan mereka pada perkara-perkara yang lebih ringan dari zina iaitu perkara-perkara pembukaan dari zina yang hampir-hampir menjatuhkan mereka kepada perzinaan.” (Faidhul Qodir 3/78).


As-Syaukani berkata, “Sebabnya adalah lelaki senang kepada wanita kerana demikanlah ia telah diciptakan memiliki kecondongan kepada wanita, demikian juga kerana sifat yang telah dimilikinya berupa syahwat untuk menikah. Demikian juga wanita senang kepada lelaki kerana sifat-sifat alami dan naluri yang telah tertanam dalam dirinya. Oleh kerana itu syaitan menemukan sarana untuk mengobarkan syahwat yang satu kepada yang lainnya maka terjadilah kemaksiatan". Lihat Nailul Autor 9/231.


Imam An-Nawawi berkata, “…Diharamkannya berkhalwat dengan seorang wanita ajnabiah dan dibolehkannya berkhalwatnya (seorang wanita) dengan mahamnya, dan dua perkara ini merupakan ijma’ (para ulama)". Lihat Al-Minhaj 14/153.


Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ


Maksudnya:"Tidak pernah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki daripada finah para wanita". Riwayat Bukhari (5096 dan Muslim (97,98 ).


Abdurrouf Al-Munawi mengomentari hadith ini, “Hal ini dikeranakan seorang wanita tidaklah menyuruh suaminya kecuali kepada perkara-perkara yang buruk, dan tidak memotivasinya kecuali untuk melakukan keburukan, dan bahaya wanita yang paling rendah adalah ia menjadikan suaminya cinta kepada dunia hingga akhirnya binasa dalam dunianya, dan kerosakan apa yang lebih parah dari hal ini, belum lagi wanita adalah sebab timbulnya mabuk asmara dan fitnah-fitnah yang lainnya yang sulit untuk dihitung".


Ibnu Abbas berkata,


لم يكفر من كفر ممن مضى إلا من قبل النساء وكفر من بقي من قبل النساء


Maksudnya:"Tidaklah kafir orang-orang terdahulu kecuali dikeranakan para wanita dan demikian juga dengan orang-orang yang di masa mendatang.”


Suatu masa para raja mengirimkan hadiah-hadiah kepada para ahli fikih maka mereka pun menerima hadiah tersebut, adapun Fudhail ia menolak hadiah tersebut. Isterinya pun berkata kepadanya, “Engkau menolak sepuluh ribu (dinar atau dirham) padahal kita tidak memiliki makanan untuk dimakan pada hari ini?”, Fudhail pun menjawab, “Perumpamaan antara aku dan engkau (wahai isteriku) sebagaimana suatu kaum yang memiliki seekor lembu yang mereka membajak dengan menggunakan lembu tersebut, tatkala lembu tersebut telah tua maka mereka pun menyembelihnya. Demikianlah aku, engkau ingin menyembelihku setelah aku mencapai usia senja, lebih baik engkau mati dalam keadaan lapar sebelum engkau menyembelih Fudhail". Lihat Al-Faidul Qodir 5/436


Sa’id bin Al-Musayyib berkata,


لقد بلغت ثمانين سنة وأنا أخوف ما أخاف على النساء


Maksudnya:"Aku telah mencapai usia delapan puluh tahun dan yang paling aku takutkan adalah para wanita". Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Musonnaf-nya 7/17.


Dari Imron bin Abdillah, Sa’id bin Al-Musayyib berkata,


ما خفت على نفسي شيئا مخافة النساء


Maksudnya:"Tidaklah aku takut pada sesuatu menimpa diriku sebagaimana ketakutanku kepada (fitnah) para wanita".


Para sahabat beliau berkata,


يا أبا محمد إن مثلك لا يريد النساء ولا تريده النساء قال هو ما أقول لكم


Maksudnya:“Wahai Abu Muhammad, orang yang sepertimu tidak menghendaki para wanita dan para wanita pun tidak menghendakinya!”.


Sa’id berkata, “Kenyataannya sebagaimana yang telah aku katakan kepada kalian".Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam At-Tobaqoot Al-Kubro (5/136) 


Telah menyampaikan kepada kami ‘Imron bin ‘Abdillah,” ‘Ato’ berkata,


لو ائتمنت على بيت مال لكنت أمينا ولا آمن نفسي على أمة شوهاء


Maksudnya:"Jika aku diberi kepercayaan untuk menjaga baitul mal (tempat penyimpanan harta kaum muslimin) maka aku akan menjalankan amanah tersebut, namun aku tidak boleh menjamin diriku dari seorang budak wanita yang cantik".


Imam Ad-Dzahabi mengomentari perkataan ‘Ato ini,


صدق رحمه الله ففي الحديث ألا لايخلون رجل بامرأة فإن ثالثهما الشيطان


Maksudnya:"Sungguh benar perkataan ‘Ato’ -semoga Allah merahmati beliau- sebagaimana telah disebutkan dalam hadith, ‘Janganlah seorang lelaki berkhalwat dengan seorang wanita kerana syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua". Lihat Siyar A’lam An-Nubala 5/87-88.


Benarlah perkataan Ahmad bin ‘Ashim Al-Anthoki (beliau meninggal tahun 239 H),


من كان بالله أعرف كان منه أخوف


Maksudnya:"Barangsiapa yang lebih mengenal Allah maka ia akan lebih takut kepada Allah". Lihat Al-Bidayah wan Nihayah 10/318, Bugyatut Tolab fi Tarikh Al-Halab 2/750.


Lihatlah para salaf seperti Sa’id bin Al-Musayyib yang tidak pernah dikumandangkan azan selama empat puluh tahun kecuali Sa’id telah berada di masjid. Lihat Tahdzibut Tahdzib 4/87), demikian juga ‘Ato yang Ibnu Juraij berkata tentangnya,


كان المسجد فراش عطاء عشرين سنة وكان من أحسن الناس صلاة


Maksudnya:"Masjid adalah tempat tidur ‘Ato’ selama dua puluh tahun, dan beliau adalah orang yang paling baik solatnya". Lihat Siyar A’lam An-Nubala 5/84, Tahdzibul Kamal 20/80, Tarikh Ibnu ‘Asakir 40/392, Hilyatul Auliya’ 3/310).


Dengan ibadah mereka yang luar biasa tersebut maka mereka lebih mengenali Rabb mereka sehingga mereka lebih takut kepada Allah, takut kalau diri mereka terjerumus ke dalam kemaksiatan. Tidak sebagaimana  dengan sebahagian kaum muslimin yang merasa percaya diri mereka boleh terselamatkan dari fitnah Ini.







Tetap istiqomah walaupun di luar bulan Ramadhan.

Tetap istiqomah walaupun di luar bulan Ramadhan. Istiqomah dalam mengerjakan amal soleh merupakan satu sikap yang penting dalam kehidupan se...