Saturday, January 28, 2023

Islam menginginkanmu bahagia bukan bersedih.

Islam menginginkanmu bahagia bukan bersedih.

Manusia tidak luput dari dua keadaan, samaada dalam keadaan gembira atau dalam keadaan sedih. Allah lah yang menciptakan sebab-sebab orang menjadi seseorang itu tertawa dan menangis. Firman Allah Subhanahuwata'ala,


وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ


Maksudnya:"Dan bahawasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis". Al-Najm ayat 43.


Bersyukurlah  atas nikmat Islam, kerana Islam adalah agama yang menginginkan agar manusia senantiasa bahagia. Allah Subhanahuwata'ala selaku Sang pencipta Syariat ini tidak ingin melihat hamba-Nya bersedih hati. Oleh kerana itu Islam diturunkan untuk membawa kebahagiaan bagi segenap makhluk, bukan untuk menyusahkan. Dalam surat Ta Ha Allah berfirman,


مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ


Maksudnya:“Kami tidaklah menurunkan Al Quran ini kepadamu untuk membuatmu susah”. Ta ha ayat  2.

Ertinya, Islam diturunkan untuk membuatmu bahagia.


Bahkan di saat seorang jauh dari Islam, maka saat Itulah kesedihan hakiki akan menghampirinya dan dia memang layak untuk mendapat kesedihan,


Kata-kata sedih dalam Al-Quran tidaklah datang kecuali dalam konteks larangan atau kalimat peniadaan (negatif). 


Dalam konteks larangan, misalnya adalah firman Subhanahuwata'ala,


وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ


Maksudnya:“Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. Ali Imran ayat 139.


Firman Subhanahuwata'ala,


وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ


Maksudnya:"Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka". Al-Nahl ayat 127. 


Firman Subhanahuwata'ala,


لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ


Maksudnya:"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Al-Taubah ayat  40


Adapun dalam konteks kalimat peniadaan (negatif) misalnya firman Allah Subhanahuwata'ala,


لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ


Maksudnya:"Mereka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". Al-Baqarah ayat 38.


Bila diperhatikan sebuah hadith Nabi Sallallahu'alaihiwasallam, maka dapat disimpulkan dengan sebuah kesimpulan yang indah. Iaitu hanya sakadar berbisik-bisik, bila mana boleh membuatkan saudaranya bersedih, maka ianya dilarang.


Di mana Nabi Sallallahu'alaihiwasallam pernah bersabda,


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ صَاحِبِهِمَا فَإِنَّ ذَلِكَ يَحْزُنُهُ


Maksudnya:"Dari Abdullah dia berkata; Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang dari kalian berbisik tanpa menyertakan orang ketiga, sebab hal itu akan membuatnya sedih". Ibnnu Majah (3765).


Ini menunjukkan bahawa Islam begitu menjaga perasaan penganutnya dan amat menginginkan kebahagiaan dalam hati setiap insan. Bahkan Allah suka melihat tanda-tanda bahagia itu nampak dalam diri hambanya.


عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ


Maksudnya:" Dari 'Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari datuknya] ia berkata; Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah senang bila melihat bekas nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya". Tirmizi (19087)


Betapa indahnya Islam, agama yang mencintai kebahagiaan  dan menghapuskan  duka cita di dunia dan di akhirat. Wahai saudara ku usirlah kesedihan dari hatimu. Jangan biarkan syaitan memanfaatkannya. Kerana syaitan selalu mengintai setiap gerak-gerik kita. Sebagaimana Rasulullah khabarkan,


عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيْءٍ مِنْ شَأْنِهِ حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ……


Maksudnya:" Dari Jabir ia berkata; Aku mendengar Nabi Sallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Sesungguhnya syaitan akan mendatangi salah seorang diantara kalian setiap saat, hingga dalam masalah makan….". Muslim(3794)


Syaitan senang melihat seorang mukmin bersedih. Ia amat menginginkan kesedihan itu ada pada orang-orang beriman. Allah Subhanahuwata'ala mengkhabarkan dalam firman-Nya,


إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ


Maksudnya:“Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari syaitan. Supaya menjadikan hati orang-orang beriman sedih. Padahal pembicaraan rahasia untuk menggunjing tidak akan merugikan orang-orang beriman sedikitpun, kecuali dengan kehendak Allah. Hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal”. Al-Mujadilah ayat 10.


Mengunjing: memfitnah, mengumpat, mengata-ngatai (orang dan sebagainya)

Wednesday, January 25, 2023

Israk dan Mikraj

Israk dan Mikraj


Peristiwa agung Israk dan Mikraj di mana Baginda Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam dibawa dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa kemudian diangkat ke langit dalam hanya satu malam menunjukkan keagungan kuasa Allah Subhanahuwata’ala.


Allah Subhanahuwata'ala telah memperlihatkan kepada Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam keagungan kerajaan-Nya yang tiada terbatas. Peristiwa ini mendidik manusia untuk merasa diri kerdil di hadapan Allah Subhanahuwata’ala dan mengakui hakikat diri sebagai hamba Allah.


Umat Islam wajib meyakini bahawa peristiwa ini sebagai bukti keimanan kepada Allah Subhanahuwata’ala dan Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam. Juga mengambil ibrah dari peristiwa ini dengan penuh penghayatan dan ketakwaan.


Firman Allah Subhanahuwata’ala dalam Surah Al-Israa' ayat 1,


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


Maksudnya:"Maha Suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad Sallallahu'alaihiwasallam) pada malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidil Aqsa yang Kami berkati sekelilingnya untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Kami. Sesungguhnya Allah jualah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".


Peristiwa Israk dan Mikraj merupakan antara mukjizat terbesar Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam selepas Al-Quran dan merupakan peristiwa agung dan mulia di mana Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam telah diisrakkan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dari sana Baginda dimikrajkan ke langit. Seterusnya Baginda telah menyaksikan tanda-tanda kebesaran pemerintahan dan kekuasaan Allah Subhanahuwata’ala. Dalam peristiwa Israk tersebut, Baginda Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam telah diperlihatkan dengan berbagai-bagai kejadian dan peristiwa aneh yang menunjukkan keadaan perbuatan manusia berserta balasan yang bakal mereka terima. Ini adalah sebagai satu ujian kepada manusia terhadap keimanan dan ketakwaan mereka. Dengan demikian mudah-mudahan akan menambah lagi keimanan dan rasa takut untuk membuat kemungkaran.


Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Surah Al-Israa' ayat 60,


وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ ۚ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ ۚ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا


Maksudnya:"Dan ingatlah tatkala Kami wahyukan kepadamu wahai Muhammad, bahawa sesungguhnya Tuhan meliputi akan manusia dengan ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya dan tiadalah Kami menjadikan pandangan pada malam Mikraj yang telah Kami perlihatkan kepadamu melainkan sebagai satu ujian bagi manusia dan demikian juga Kami jadikan pokok yang dilaknat di dalam Al-Quran dan Kami beri mereka takut dengan berbagai-bagai amaran, maka semuanya itu tidak menambahkan mereka melainkan dengan kekufuran yang melampau-lampau".


Menurut Tafsir al-Jalalyn,

(Dan) ingatlah (ketika Kami wahyukan kepadamu, "Sesungguhnya Rabbmu meliputi segala manusia.") yakni ilmu dan kekuasaan-Nya meliputi mereka, dengan demikian maka mereka berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya. Maka sampaikanlah kepada mereka jangan sekali-kali engkau merasa takut terhadap seseorang pun kerana Rabbmu akan memelihara dirimu dari mereka. (Dan Kami tidak menjadikan rukyah yang telah Kami perlihatkan kepadamu) secara kenyataan pada malam isra (melainkan sebagai batu ujian bagi manusia) bagi penduduk Mekah kerana mereka ternyata mendustakannya sedang sebahagian yang lainnya yang telah beriman menjadi murtad sewaktu hal itu diceritakan kepadanya (dan begitu pula pohon kayu yang terkutuk di dalam Alquran) yaitu pohon zaqqum yang tumbuh di dasar neraka Jahim; Kami jadikan kisah itu sebagai batu ujian bagi keimanan mereka. Kerana mereka mengatakan bahwa api itu membakar pohon apa saja, mengapa pohon zaqqum dapat tumbuh di dalamnya? (Dan Kami takuti mereka) dengan pohon zaqqum itu (tetapi yang demikian itu tidak menambah kepada mereka) untuk takut (melainkan hanyalah kedurhakaan yang besar saja”. Lihat Tafsir al-Jalalyn.


Peristiwa Israk dan miraj berlaku pada tahun ke-12 kerasulan, selepas Baginda mendapat ujian yang berat iaitu menerima tentangan yang hebat dalam dakwah Baginda serta kehilangan isteri Khadijah Khuwailid dan bapa saudara disegani ramai Abu Talib Abdul Mutalib.


Tahun kematian dua kekasih hati Baginda itu digelar  sebagai Tahun Kesedihan/kedukaan (عام الحزني). Israk Mikraj mendatangkan kegembiraan kepada Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam.


Dan sebagaimana lazimnya, pada setiap 27 Rejab, umat Islam akan merayakan sambutan Israk dan Mikraj dengan berbagai-bagai majlis ilmu dan keagamaan. Akan tetapi sejauh manakah penghayatan kita terhadap kisah-kisah yang telah diperlihatkan dalam peristiwa Israk dan Mikraj itu? 


Adalah tidak bermakna dan tidak bererti jika kita hanya memperingatinya sahaja, sedangkan tidak mengambil iktibar dan tidak membawa kepada perubahan yang positif kepada diri kita. Maka rugilah orang-orang yang mensia-siakan usia dan terus leka dan lalai dalam kehidupan. Sesungguhnya dengan ketaatan dan keimanan kepada Allah Subhanahuwataala sahajalah yang akan dapat menyelamatkan kita dari kemusnahan baik di dunia mahupun di akhirat.


Di antara peristiwa penting yang berlaku di dalam Israk dan Mi’raj ialah perintah solat secara khusus. Kisah ini diceritakan di dalam hadith sahih berkenaan Israk Mi’raj yang panjang. Kata Anas Bin Malik bahawa ketika Nabi Sallallahu'alaihiwasallam menceritakan tentang peristiwa isra’ dan mi’raj, Baginda menyebut juga,


ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ الصَّلَوَاتُ (الصَّلَاةُ) خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ بِمَ (بِمَا) أُمِرْتَ قَالَ أُمِرْتُ بِخَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ وَإِنِّي وَاللهِ قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِعَشْرِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ بِمَ (بِمَا) أُمِرْتَ قُلْتُ أُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَإِنِّي قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ قَالَ سَأَلْتُ رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ وَلَكِنِّي (وَلَكِنْ) أَرْضَى وَأُسَلِّمُ قَالَ فَلَمَّا جَاوَزْتُ نَادَى مُنَادٍ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي


Maksudnya : “ Kemudian diwajibkan ke atas aku 50 kali solat setiap waktu. Maka aku kembali dan melepasi Musa. Maka Nabi Musa bertanya apa yang telah diperintahkan terhadap engkau?. Nabi Sallallahu'alaihiwasallam menjawab : Aku diperintahkan dengan 50 kali solat pada setiap hari. Kata Nabi Musa : Sesungguhnya umat engkau tidak akan mampu untuk melakukan 50 kali solat pada setiap hari. Aku telah cuba pada orang sebelum engkau dan aku telah cuba dengan semaksimum mungkin pada  Bani Israil. Kembalilah semula pada Allah dan minta keringanan daripada-Nya untuk umatmu. Kata Nabi Sallallahu'alaihiwasallam : Maka aku kembali lalu Allah kurangkan sepuluh daripada jumlah yang diberikan. Nabi Sallallahu'alaihiwasallam menyebut : Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan Baginda sebut perkara yang sama. Lalu aku kembali kepada Allah dan Dia mengurangkan sepuluh lagi. Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan Baginda menyebutkan lagi perkara yang sama. Lalu aku kembali lagi kepada Allah dan Dia mengurangkan lagi sepuluh. Aku kembali kepada Nabi Musa dan Baginda menyebutkan perkara yang sama. Lalu aku kembali semula kepada Allah dan aku diperintahkan dengan 10 kali solat setiap hari. Aku kembali lagi dan Nabi Musa menyebut perkara yang sama. Aku kembali menemui Allah dan aku diperintahkan dengan solat 5 kali pada setiap hari. Maka aku kembali kepada Nabi Musa. Nabi Musa berkata : Wahai Muhammad, engkau diperintahkan dengan apa?. Kata Nabi Sallallahu'alaihiwasallam : Aku diperintahkan dengan solat 5 kali setiap hari. Nabi Musa berkata: Sesungguhnya umat engkau tidak akan mampu untuk melakukan 5 kali solat setiap hari. Aku telah cuba pada orang sebelum engkau dan aku telah cuba untuk melakukannya pada Bani Israil semaksimum mungkin. Kembalilah kepada Allah dan mintalah keringanan daripada-Nya untuk umatmu. Nabi Sallallahu'alaihiwasallam bersabda : Aku telah minta sehingga aku menjadi malu untuk meminta kurang akan tetapi aku redha dan aku berserah. Apabila aku berlalu ada suara yang menyeru : Aku telah jalankan kewajipanku dan Aku telah kurangkan bebanan hamba-Ku". Al-Bukhari (3887)


Di antara hikmah berlakunya Israk dan Mikraj itu, di mana Allah Subhanahuwata’ala telah memperlihatkan berbagai-bagai kejadian aneh, tidak lain melainkan untuk menjadi peringatan dan pengajaran kepada manusia supaya membuat perubahan positif dan membina terhadap diri mereka. 


Sebagai contoh, jika dahulunya mengabaikan dan malas untuk solat maka setelah menghayati peristiwa ini dan mengambil pelajaran dan iktibar daripadanya, ia akan berubah menjadi rajin menunaikannya. Jika dahulunya makan riba, maka sekarang telah berubah dan tidak akan melakukannya lagi, begitulah seterusnya akan mentaati perintah Allah Subhanahuwataala dan meninggalkan larangan-Nya, bukan terus-menerus bergelumang dengan dosa dan maksiat dan langsung tidak mahu mendengar teguran dan nasihat, ibarat kata perumpamaan 'masuk telinga kanan, keluar telinga kiri'.


Sesungguhnya banyak kejadian-kejadian yang telah diperlihatkan kepada Baginda Sallallahu'alaihiwasallam sewaktu Baginda diisrakkan. Antaranya :


Pertama : Baginda Sallallahu'alaihiwasallam telah melihat segolongan manusia yang memukul-mukul kepalanya sendiri sehingga hancur luluh, akan tetapi sekejap kemudian kepala itu kembali seperti asalnya. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang kali, begitulah keadaannya berterusan. Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bertanya kepada Jibril Alaihissalam,'Siapakah mereka itu?' Jibril menjawab : 'Mereka adalah sebagai gambaran golongan umat tuan yang suka melalaikan waktu solat sehingga habis waktunya'.


Umat Islam wajib mengerjakan solat fardu lima waktu sehari semalam serta menjaga waktunya. Tetapi apa yang berlaku, terdapat sebilangan orang yang masih lalai untuk melaksanakan ataupun melambatkan solatnya sehingga luput waktunya dengan alasan sibuk dengan urusan kerja, keluarga dan sebagainya. Sesungguhnya jika ia seorang yang beriman, ia akan menjaga solatnya dengan sempurna baik dari perlaksanaannya mahupun waktunya. 


Firman Allah Subhanahuwata’ala dalam Surah Al-Maun ayat 4-5,


فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ


Maksud:"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang solat, (iaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya".


Nabi Salallahu'alaihiwasallam telah bersabda:


إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ


Maksudnya: “Perkara pertama yang akan dihisab pada diri seseorang pada orang hari akhirat daripada sekalian amalnya ialah solatnya. Jika solatnya benar (sempurna), maka jika baik solatnya maka dia akan berjaya dan menang, dan jika solatnya kurang (iaitu tidak benar) maka dia akan rugi dan menyesal”.

Riwayat al-Tirmizi (413), Ahmad (8017), Abu Daud (864) dan Ibn Majah (1425)


Allah Subhanahuwata'ala telah menyebut di dalam al-Quran tentang kedudukan penghuni neraka yang tidak mengerjakan solat. Firman Allah Subhanahuwata'ala:


مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (٤٢) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (٤٣) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (٤٤) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (٤٥) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (٤٦) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ (٤٧) فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ


Maksudnya: (Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata): "Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar? Orang-orang yang bersalah itu menjawab: "Kami tidak termasuk dalam kumpulan orang-orang yang mengerjakan sembahyang; Dan kami tidak pernah memberi makan orang-orang miskin; Dan kami dahulu selalu mengambil bahagian memperkatakan perkara yang salah, bersama-sama orang-orang yang memperkatakannya; Dan kami sentiasa mendustakan hari pembalasan, sehinggalah kami didatangi oleh perkara yang tetap diyakini. Maka tidak akan berguna kepada mereka sebarang syafaat pertolongan (kalaulah ditakdirkan ada) sesiapa yang boleh memberikan syafaat itu".  Al-Mudassir ayat 42-48.


Kedua: Baginda Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam telah melihat segolongan manusia yang hanya menutup kemaluan mereka (qubul dan dubur) dengan secebis kain. Mereka dihalau seperti binatang ternakan. Mereka makan bara api dan batu dari neraka Jahannam. Kata Jibrail : Itulah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka.


Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga selepas mengucap dua kalimah syahadah dan mendirikan solat. Oleh itu, ulama bersepakat menyatakan bahawa orang yang menentang dan mengingkari zakat adalah kafir dan murtad. Darahnya halal dibunuh sekiranya tidak bertaubat. Ini kerana zakat merupakan perkara yang mudah diketahui kefardhuannya di kalangan orang Islam yang tidak memerlukan kepada hujah dan dalil.


Imam al-Nawawi Rahimahullah menukilkan di dalam kitab al-Khattabi dengan menyatakan: “Sesiapa yang mengingkari kewajipan berzakat pada masa ini adalah kafir berdasarkan ijma’.” Katanya lagi: “Pengetahuan tentang kewajipan berzakat telah tersebar luas di kalangan orang Islam sehingga telah diketahui oleh rakyat dan penguasa, termasuk orang alim dan jahil. Oleh itu, tiada alasan bagi sesiapapun membuat tafsiran (تأويل) sendiri untuk mengingkarinya. Begitulah juga hukumannya bagi orang yang mengingkari sesuatu perkara agama yang telah disepakati oleh ulama, seperti solat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, mandi junub, pengharaman zina, perkahwinan dan hukum-hukum yang lain". Syarah Muslim (1/205)


Ibn Hajar al-Asqalani Rahimahullah berkata: “Adapun dalil kefardhuan zakat, sesiapa yang mengingkarinya adalah kafir.”


Daripada Abu Hurairah R.A, bahawa Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda:


مَنْ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ، مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ شُجَاعًا أَقْرَعَ، لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ يَقُولُ: أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ


Maksudnya: “Sesiapa yang dikurniakan oleh Allah harta dan tidak mengeluarkan zakatnya, maka hartanya pada hari kiamat dijadikan seekor ular yang mempunyai dua taring, dan kepala yang tidak berbulu kerana terlalu banyak bisanya. Ia akan membelit dan menggigitnya dengan kedua-dua rahangnya sambil berkata: Akulah hartamu! Akulah simpananmu".

Al-Bukhari (1338)


Seterusnya, Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam membacakan firman Allah Subhanahuwata'ala,


وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمْ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


Maksudnya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta benda yang telah dikurniakan Allah kepada mereka dari kemurahan-Nya menyangka bahawa keadaan bakhilnya itu baik bagi mereka. Bahkan, ia adalah buruk bagi mereka. Mereka akan dikalungkan (diseksa) dengan apa yang mereka bakhilkan itu pada hari Kiamat kelak. Dan bagi Allah jualah hak milik segala warisan (isi) langit dan bumi. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui dengan mendalam akan segala yang kamu kerjakan". Ali-Imran ayat 180


Ketiga : Baginda Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam telah melihat segolongan manusia yang masing-masing menghadapi dua bekas, bekas yang satu berisi daging yang sudah masak dan yang satu lagi berisi daging yang mentah. Tetapi yang anehnya, mereka memilih untuk makan daging yang mentah. Lalu Baginda pun bertanya kepada Jibril Alaihissalam : 'Siapakah mereka itu?' Jibril menjawab: 'Mereka adalah gambaran di antara umat tuan yang suka berzina. Mereka sebenarnya masih suka melepaskan nafsu syahwatnya dengan perempuan lain walaupun mereka telah beristeri. Begitulah pula halnya dengan perempuan yang telah bersuami secara sah, akan tetapi mereka juga melakukan zina dengan lelaki lain yang bukan suaminya'.


Sesungguhnya Allah Subhanahuwata’ala telah mengingatkan hamba-hamba-Nya untuk tidak mendekati perbuatan zina sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Israa' ayat 32,


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا


Maksudnya:"Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat yang membawa kerosakan".


Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:


ثَـلَاثَةٌ لَا يُـكَـلّـِمُـهُمُ اللّٰـهُ يَوْمَ الْقِـيَـامَـةِ وَلَا يُـزَكّـِيْهِمْ (وَلَا يَـنْـظُـرُ إِلَيْهِمْ) وَلَـهُمْ عَـذَابٌ أَلِـيْمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَـلِـكٌ كَـذَّابٌ ، وَعَائِـلٌ مُسْتَـكْبِـرٌ.


Maksudnya:"Ada tiga golongan manusia yang pada Hari Kiamat kelak, Allah tidak akan berbicara kepada mereka, tidak akan menyucikan mereka (tidak akan memandang mereka), dan mereka mendapatkan siksa yang pedih, yaitu: Orang lanjut usia yang berzina, Raja (penguasa) yang pendusta, dan Orang miskin yang sombong". Muslim (107), an-Nasa-i (V/86) dan Ahmad (II/433).


Zina adalah perbuatan keji dan hina yang merosakkan diri akhlak keturunan dan masyarakat.


Di antara keburukan zina ialah keruntuhan moral dan akhlak, melahirkan anak haram yang akibatnya seseorang itu boleh bertindak di luar batasan dan di luar naluri seorang manusia seperti berusaha untuk menggugurkan anak dalam kandungan dan lebih dahsyat lagi sanggup membuang anak yang baru dilahirkan itu hidup-hidup. Perbuatan itu dilakukan kerana malu dan juga kerana hendak menyembunyikan perbuatan kotor yang telah dilakukan itu.


Keempat: Baginda Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam telah melihat lelaki yang berenang dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Kata Jibrail: Itulah orang yang makan riba.


Riba adalah 'ziyadah', 'kenaikan' atau 'berlebihan' pada perkara tertentu dan menjurus kepada suatu bentuk lebih yang tidak halal berlaku pada sesuatu jenis kontrak seperti bayaran pinjaman yang bertambah.


Firman Allah Subhanahuwata'ala,


الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ


Maksudnya:"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya". Al-Baqarah ayat 275.


Imam an-Nawawi berkata, "Telah ijma' seluruh ulama Islam mengenai pengharaman riba dan ia termasuk dalam kategori dosa besar dan dikatakan juga riba diharamkan oleh semua agama. Antara yang berpendapat demikian adalah Imam al-Mawardi (rujuk Al-Majmu', 9/391).


Sebagai orang Islam, kita hendaklah mematuhi ajaran dan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh agama Islam, bukan mengingkarinya dan hanya menurut kehendak hawa nafsu tanpa memikirkan buruk perbuatan yang dilakukan. Itulah gunanya akal yang dikurniakan kepada manusia supaya manusia berfikir dan bertindak dengan waras dan betul.


Akhirnya marilah kita sama-sama mengambil iktibar dari gambaran-gambaran yang diperlihatkan dalam peristiwa Israk dan Mikraj itu sebagai panduan dan pembimbing menuju kebaikan dan kesempurnaan, mudah-mudahan kita selamat dari segala bencana dan malapetaka dunia dan selamat dari azab api Neraka.



 



Monday, January 23, 2023

Ajal semakin dekat maka bersegeralah beribadah.

Ajal semakin dekat maka bersegeralah beribadah.

Ajal berasal dari bahasa Arab  أجل yang mengikuti wazan  فعل yang bererti tertunda (أجلا), dan batas waktu (الأجل). Dalam kamus Al-Munawwir dikatakan bahawa kata ajal berasal dari kata– أجِل- يَأْجِلُ - أجَلا


Menurut Kitab al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz al-Quran  (الـمـعـجـم الـمـفـهـرس لألـفـاظ الـقـرآن الـكـريـم ), Al-Quran menyebutkan lafaz ajal sebanyak 56 kali dengan bermacam bentuk seperti, menjadi fi’il, isim Masdar, bentuk tasniyyah dan lain-lain.


Seperti contoh; kata ajal berkaitan dengan tuntutan manusia menulis hutang piutang,


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوْهُۗ


Maksudnya:  Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan hutang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Al-Baqarah ayat 282.


Kata ajal bertalian dengan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia sesama manusia, atau hubungan dengan Allah Subhanahawata'ala. Makna ajal lebih unggul dengan makna sebagai "batas waktu yang telah ditentukan". Oleh itu, jika dikatakan ajal berkaitan dengan kata manusia yang mencakupi seluruh umat manusia, maka makna ajal lebih unggul dengan maksud kematian.


Firman Allah Subhanahawata'ala,


وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ


Maksudnya: Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) mempercepatkannya". Al-Araf ayat 34


Setiap detik yang kita lalui memberi isyarat bahawa jangka hayat kita di dunia yang fana ini semakin singkat dan ajal kian dekat. Inilah kenyataan yang mahu tidak mahu terpaksa kita terima dan hadapi meskipun pesona kehidupan dunia membuat kita ingin hidup lebih lama lagi. Seruan Ilahi untuk kembali kepada-Nya tidak akan dapat dihindari oleh sesiapapun kerana sudah menjadi suratan setiap yang hidup pasti akan mati bila sampai waktunya.


Firman Allah Subhanahawata'ala,


كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ


Maksudnya:"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya-sebagai cobaan untuk mengukur kualiti iman dan kesabaran manusia). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. Al-Anbiya Ayat 35.


Firman Allah Subhanahawata'ala,


كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ


Maksudnya:"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". Ali Imran ayat 185


Sehubungan dengan peringatan Allah Subhanahuwata'ala di atas, maka jadikanlah peristiwa matinya di kalangan saudara mara, jiran tetangga ataupun rakan taulan kita sebagai ibrah untuk menginsafi diri bahawa tiada yang kekal di alam ini melainkan Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Bijaksana. 

Sedarilah bahawa kehidupan di dunia ini hanyalah umpama permainan yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan. Sedangkan negeri akhirat itu ialah tempat kehidupan yang jauh lebih baik bagi orang yang bertaqwa sebagaimana dijelaskan oleh Allah Subhanahuwata'ala melalui firman-Nya,


وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ


Maksudnya:"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?". Al-An'am Ayat 32.


Pada ayat Al-An'am Ayat 32 di atas Allah Subhanahuwata'ala menganjurkan kita supaya memikirkan perihal perkara yang telah dijelaskan-Nya itu. Iaitu bersangkutan dengan soal kehidupan sementara di dunia yang penuh mempesonakan serta kehidupan akhirat yang bakal menjadi destinasi abadi. Allah Subhanahuwata'ala menganjurkan kita supaya menghayati dan memikirkan perkara berkenaan sebagai dorongan kepada kita semua supaya tidak lalai daripada menyediakan bekalan secukupnya untuk menuju kampung akhirat.


Manusia yang beruntung adalah yang bermuhasabah setiap masa untuk memperbaiki diri dan mengambil iktibar peristiwa yang berlaku.


Justeru itu,orang yang bijak akan sentiasa menggunakan peluang yang ada untuk melaksanakan kebaikan dan tidak membiarkan masa berlalu dengan melakukan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia. Bersegera untuk melaksanakan sebarang bentuk kebaikan yang boleh memberikan manfaat kepada diri dan orang lain. Ajaran Islam memerintahkan bersegera melakukan kebaikan kerana ia mendatangkan ketenangan dan ketenteraman hati.


Firman Allah Subhanahuwata'ala dalam surah Ali Imran ayat 133,


وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ


Maksudnya:"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa".


Dalam surah al-Baqarah ayat 148 Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


 وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


Maksudnya:"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".


Allah Subhanahuwata'a kerap menggunakan istilah bersegeralah seperti فَاسْتَبِقُوا seperti pada ayat di atas atau وَسَارِعُوٓا۟ seperti pada ayat,


۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ


Maksudnya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa". Ali ‘Imran Ayat 133


Kalimah فَاسْتَبِقُوا atau وَسَارِعُوٓا۟  mempunyai maksud yang  sama iaitu bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda  untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah Subhanahuwata'ala.


Melakukan kebaikan adalah perkara yang tidak boleh ditunda-tunda, bahkan ianya wajib segera dikerjakan. Kerana kesempatan hidup sangat terbatas, kematian boleh datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Kerana itu ketika masih ada kehidupan, bersegeralah berbuat baik dan memohon keampunan dari Allah. 


Lebih dari itu kesempatan berbuat baik belum tentu pada setiap saat dapat kita miliki. Begitu pula secara fitrah tidak ada manusia yang suka membawa dosa-dosa ke akhirat, kecuali orang-orang yang sudah mati hatinya


Dalam hadith Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam juga menggunakan istilah بَادِرُوا maksudnya tidak jauh dari makna bersegera dan bergegas,


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا أَوْ غِنًى مُطْغِيًا أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا أَوْ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ أَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ


Maksudnya:"Dari Abu Hurairah, Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Segeralah beramal (sebelum kedatangan tujuh hal, tidaklah kalian menunggu selain kefakiran yang membuat lupa(disibukan oleh mencari rezki), kekayaan yang melampaui batas(lupa dan sombong), penyakit yang merosak(iaitu keadaan yang bertentang dengan waktu sihat), masa tua yang menguruskan(nyanyuk), kematian yang datang secara tiba-tiba, Dajjal, seburuk-buruk hal ghaib yang dinanti-nanti, kiamat dan kiamat(datang tiba-tiba) itu sangat membawa petaka dan sangat pahit." Tirmizi(2228)


Allah Subhanahuwata'ala memberikan panduan agar segera melaksanakan kebajikan yang lain setelah selesai melaksanakan suatu tugasan sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Insyirah ayat 7,

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ


Maksudnya:"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan-amal soleh), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain(Amal soleh yang lain)".


Oleh itu, laksanakanlah setiap tugasan yang diberikan dengan sebaik-baiknya seperti hadith,


وَلَكِنَّ اللهَ يُحِبُّ مِنَ الْعَامِلِ إِذَا عَمِلَ أَنْ يُحْسِنَ


Maksudnya: “Tetapi Allah kasih kepada pekerja (yang melakukan sesuatu amalan) yang apabila dia melakukan sesuatu amalan hendaklah melakukannya dengan baik”. [Lihat: Sunan al-Baihaqi di dalam Syu’ab al-Iman, no. Hadith 4932]


Marilah kita berazam menjadi Muslim yang lebih baik sama ada sebagai pemimpin, ibu bapa, suami isteri, anak-anak, pekerja atau majikan dalam sebuah keluarga, masyarakat dan negara. 


Perbaharui dan perbetulkan niat agar sentiasa istiqamah melakukan amal soleh supaya dapat menjalani kehidupan yang bermanfaat sebagaimana hadith,


 عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ


Maksudnya:"Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari ayahnya, seseorang bertanya: siapa orang terbaik itu? Rasulullah Sallallahu'alahiwasallam menjawab: "Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya." Ia bertanya: Lalu siapa orang yang terburuk itu? Rasulullah Sallallahu'alahiwasallam menjawab: "Orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya". Tirmizi (2252)


Wednesday, January 18, 2023

Istiqamah perbuatan dan amalan.

Istiqamah  perbuatan dan amalan.

Istiqamah yang dimaksudkan ialah berdiri teguh di atas jalan yang lurus, berpegang kukuh kepada akidah Islam dan menekuni melaksanakan syariat tanpa berubah dan tidak berpaling walau dalam apa jua keadaan sekalipun. Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan Islam seperti diperintahkan Allah dan Rasul dalam Surah Fusilat Ayat 6,


قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ


Maksudnya:"Katakanlah: "Bahawasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahawasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.


Istiqamah adalah daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan Islam, mulai daripada amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan.


Istiqamah perbuatan dan amalan meliputi tekun bekerja melakukan apa sahaja yang baik yang diredai Allah Subhanahuwata'ala. Ini meliputi sikap dedikasi, rajin, tidak mudah putus asa, sentiasa menegakkan kebenaran dalam perbuatan seharian.


Islam menuntut kita untuk sentiasa beristiqamah dalam melakukan amal kebaikan. Setiap amal kebaikan yang dilaksanakan seperti bertadarus, berzikir, berdoa, beriktikaf, bersedekah dan lainnya, hendaklah berterusan dan diamalkan untuk menjadi pembakar semangat sebagai usaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah Subhanahuwata'ala. 


Namun, istiqamah bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan oleh seseorang. Tidak ramai yang mampu untuk melaksanakan amalan secara istiqamah dalam kehidupan seharian. Bersifat istiqamah ini merupakan sesuatu perkara yang mencabar kepada diri hamba-Nya. 


Begitu juga perjuangan dalam hidup manusia amat luas dan berbeza-beza. Perjuangan yang suci diredai Allah tidak terlepas daripada cabaran terutama perjuangan menegakkan Islam sama ada dalam diri, dalam keluarga dan dalam masyarakat.


Terkadang ketika melakukan amalan-amalan tersebut kita perlu melakukannya secara berkala dan bermusim. Justeru, istiqamah memerlukan disiplin yang tinggi di dalam diri untuk dilaksanakan secara konsisten dan berterusan. 


Cabaran itu hanya akan dapat di atasi oleh semangat jihad yang tinggi, beristiqamah, bersabar dan tidak berputus asa. Firman Allah di dalam Surah Yusuf ayat 87,


يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ


Maksudnya:"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".


Juga dalam mengharungi cabaran untuk beristiqamah ianya amat memerlukan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahuwata'ala yang teguh.


Firman Allah Subhanahuwata'ala dalam surah Hud ayat 112,


فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ


Maksudnya:"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". Hud ayat 112.


Islam menggalakkan umatnya agar terus beristiqamah dalam mengerjakan amal ibadah serta amal soleh yang disukai dan diperintah oleh Allah Subhanahuwata'ala serta Rasul-Nya Nabi Muhammad Sallallahu'alaihiwasallam. Sesungguhnya istiqamah dalam melakukan amal kebaikan dapat memberatkan timbangan amal di akhirat kelak. Justeru amat beruntunglah hamba Allah Subhanahuwata'ala yang sentiasa istiqamah mengerjakan amal kebaikan. Kemuncak kepada keberuntungan melakukan istiqamah adalah dengan kurniaan redha Allah Subhanahuwata'ala. Maksudnya di sini, matlamat akhir kita dalam beristiqamah melakukan ibadah serta amal soleh adalah meraih redha Allah Subhanahuwata'ala.


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا

Maksudnya:"Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal soleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik". Al-Kahfi ayat 30


Justeru dalam kita beristiqamah, amalan yang sedikit tetapi berterusan adalah lebih afdal atau lebih baik, daripada melakukan amalan yang banyak tetapi hanya sekali sekala atau mengikut musim. Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda,


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ وَقَالَ اكْلَفُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ


Maksudnya:"Dari Aisyah radliallahu 'anha bahawa dia berkata; Nabi Sallallahu'alaihiwasallam pernah ditanya; "Amalan apakah yang paling dicintai Allah?" Dia menjawab; 'Yang dikerjakan berterusan walaupun sedikit, lalu beliau bersabda: 'Beramallah sesuai dengan kemampuan kalian". Bukhari (5984)


Oleh itu, jangan ditinggalkan walaupun satu amal soleh meskipun kita rasakan ia kecil. Istiqamah melakukan amal kebaikan pada setiap masa biarpun hanya memberi senyuman kepada orang lain.

Sabda Rasullullah Sallallahu'alaihiwasallam,


 … وَلَا تَزْهَدْ فِي الْمَعْرُوفِ وَلَوْ مُنْبَسِطٌ وَجْهُكَ إِلَى أَخِيكَ وَأَنْتَ تُكَلِّمُهُ.....


Maksudnya:"... Janganlah kamu menganggap remeh suatu kebaikan walaupun kamu hanya tersenyum kepada saudaramu ketika kamu sedang berbicara dengannya…". Ahmad(16021)


Jelaslah istiqamah itu mempunyai banyak kebaikan, ditambah pula dengan ganjaran yang sangat banyak.  Justeru itu, hendaklah  kita berusaha mendidik hati untuk beristiqamah pada setiap amal ibadat dan amalan yang berkebajikan seterusnya meninggalkan perkara-perkara yang mungkar dan mendatangkan dosa. 


Ada beberapa hikmah yang terkandung dalam sifat beristiqamah, diantaranya: 


Pertama: Seseorang yang istiqamah, tidak mudah merasa takut kerana ia mempunyai keteguhan hati, kuat keyakinannya, kukuh pendiriannya dan besar harapannya kepada Allah Subhanahuwata'ala.


بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ


Maksudnya:"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada ketakutan terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". Al-Baqarah ayat 112


Kedua: Orang yang istiqamah itu tidak mudah merasa sedih terutama apabila kehilangan sesuatu kerana ia meyakini semua itu adalah milik mutlak Allah Subhanahuwata'ala.


لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَىٰ


Maksudnya:"Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah". Ta Ha ayat 6


وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ


Maksudnya:"Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis". An-Najm ayat 43.


Ketiga: Mereka yang istiqamah juga mendapat balasan syurga yang telah dijanjikan


Allah Subhanahuwata'ala berfirman menerusi surah Fussilat, ayat 30,


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلْبِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ )


Maksudnya: "Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinannya dengan berkata: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah malaikat kepada mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham): "Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berdukacita, dan terimalah berita gembira bahawa kamu akan beroleh syurga yang telah dijanjikan kepada kamu."


Jelaslah istiqamah itu mempunyai banyak kebaikan, ditambah pula dengan ganjaran yang sangat banyak. Setiap Muslim hendaklah berusaha mendidik hati untuk beristiqamah pada setiap amal ibadat dan amalan yang berkebajikan seterusnya meninggalkan perkara-perkara yang mungkar dan mendatangkan dosa.

Tetap istiqomah walaupun di luar bulan Ramadhan.

Tetap istiqomah walaupun di luar bulan Ramadhan. Istiqomah dalam mengerjakan amal soleh merupakan satu sikap yang penting dalam kehidupan se...