Sunday, May 29, 2022

Lupa diri kerana dosa dan istidraj

Lupa diri kerana dosa dan istidraj


Dosa menyebabkan seorang hamba lupa diri. Maksud lupa diri di sini adalah lupakan Allah Subhanahuwata'ala dan ianya adalah sifat lupa yang terbesar. Allah Subhanahuwata'ala berfirman, 


وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ


Maksudnya:" Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik".  Al-Hasyr ayat 19


Ketika seorang hamba itu melupakan Allah Subhanahuwata'ala, maka Allah juga melupakan hamba tersebut sehingga hamba tersebut lupa diri.


الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ


Maksudnya:"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebahagian dengan sebahagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik". Al-Taubah ayat 67


Maksud نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ menurut Tafsir Al-Wajiz adalah "Mereka tidak taat kepada Allah, sehingga Allah mengabaikan mereka dari rahmat dan pahala-Nya. Sesungguhnya orang-orang munafik itu orang-orang yang membangkang dan tidak mahu taat. 

Tafsir Al-Wajiz oleh Syeikh Wahbah al-Zuhaili. 


Akibatnya, Allah Subhanahuwata'ala memberi hukuman kepada mereka yang melupakan-Nya. 

Salah satu hukuman yang akan diterima adalah dilupakan oleh Allah Subhanahuwata'ala; maksud dilupakan oleh Allah adalah Allah akan mengabaikan mereka dari rahmat dan pahala-Nya. 

Hukuman kedua, iaitu menjadi lupa diri. Ertinya, hamba tersebut menjadi lalai, meninggalkan kewajipan dirinya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan kehancuran serta kehinaan akan menimpanya bahkan akan lebih rendah dari itu. 


Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan siksaan-Nya. Lebih tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.  


Sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajipan untuk berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan syaitan. Sudah sewajarnya jika Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari kurniaan  taufik-Nya di dunia dan ganjaran pahala di akhirat. 


Lebih parah lagi, hamba itu akan lupa terhadap dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Akibatnya dia pun tidak berfikir untuk menghilangkan dosa tersebut dengan bertaubat. Dia juga tidak merasakan kekotoran hatinya sehingga tidak terdetik di hatinya untuk membersihkannya.


Sehingga Allah tidak menyukai mereka, sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan, makin lama mereka makin sesat, sehingga makin jauh dari jalan yang lurus, jalan yang diredhai Allah.  


Oleh kerana itu, di akhirat mereka juga dilupakan Allah, dan Allah tidak menolong dan meringankan beban penderitaan mereka. Akhirnya mereka dimasukkan ke dalam neraka, sebagai balasan perbuatan dan tindakan mereka. 


Dalam keadaan itu, hanyalah mereka yang tewas tetap meyakini telah meraih keberuntungan hanya kerana sanggup membeli berbagai hal duniawi untuk diri mereka sendiri sehingga melupakan akhirat. 


فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ


Maksudnya:"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa". Al-An'am Ayat 44.


Allah Subhanahuwata'ala memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri.


Ibaratnya dia tidak ingat bahawa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang tiba-tiba.


Tidak sedikit orang yang lalai dari ibadah justeru diberikan harta yang berlimpah oleh Allah Subhanahuwata'ala. Dalam Islam, kenikmatan dunia seperti itu disebut dengan istidraj.


Allah Subhanahuwata'ala melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut boleh menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya.


Istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.


Istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.


فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَٰذَا الْحَدِيثِ ۖ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ


Maksudnya:"Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui". Al-Qalam Ayat 44.


Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan sementara yang mengundang kemurkaan Allah Subhanahuwata'ala. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahawa kesenangan yang mereka perolehi merupakan sesuatu yang layak didapatkan.


Cara termudah untuk membezakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, boleh jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah boleh jadi itu merupakan istidraj.


Dalam sebuah hadith riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat 'Uqbah bin Amir, Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda, 


إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ


Maksudnya:"Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.


Sebagai Muslim, kita mestilah berhati-hati dan bersyukur dengan nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahuwata'ala. Bersyukurlah terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Allah dengan cara beribadah kepada Allah, 


Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ


Maksudnya“Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur”.  Saba’ ayat 13.


Ibnu Katsir berkata,


إخبار عن الواقع


“Yang dikhabarkan ini sesuai kenyataan.” Ertinya, sedikit sekali yang mahu bersyukur.




Tetap istiqomah walaupun di luar bulan Ramadhan.

Tetap istiqomah walaupun di luar bulan Ramadhan. Istiqomah dalam mengerjakan amal soleh merupakan satu sikap yang penting dalam kehidupan se...