Wednesday, January 31, 2024

Kesan dosa dan maksiat terhadap pelakunya.

Kesan dosa dan maksiat terhadap pelakunya.

Dosa dan kemaksiatan memberi pengaruh buruk dan merbahaya kepada seseorang itu, baik bagi badannya, hatinya, kehidupan dunianya, atau  kehidupan akhiratnya. Malah, kadang-kadang bahaya-bahaya tersebut  tidak diketahui langsung oleh pelakunya.


Bahaya pertama dosa dan kemaksiatan adalah terhalangnya dari mendapatkan hidayah dan ilmu. 


Hidayah dan ilmu umpama lampu yang Allah letakkan di hati seorang hamba. Sedangkan kemaksiatan dan hawa nafsu,  adalah bagaikan angin kencang yang akan mematikan lampu tersebut.


Seorang tabiin, Ad-Dhahhak bin Muzahim rahimahullah, pernah mengatakan,


“Tidaklah seseorang itu mempelajari Al-Qur’an kemudian melupakannya, kecuali itu kerana perbuatan dosa yang dilakukannya. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahuwata’ala,


وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ


Maksudnya:”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebahagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. Asy-Syura ayat 30.


Kesan buruk lainnya adalah dosa dan kemaksiatan akan mempersulitkan urusan pelakunya. 


Seperti yang kita ketahui, mereka yang bertakwa, maka Allah Subhanahuwata’ala akan mempermudah urusannya. Adapun mereka yang meremehkan takwa dan tidak memperdulikannya dengan melakukan kemaksiatan dan dosa, maka tentu Allah Subhanahuwata’ala mempersulit urusannya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ 


Maksudnya:”Barangsiapa bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”.  At-Talaq ayat 2-3.


Pada ayat tersebut, Allah Subhanahuwata’ala menyebutkan bahawa takwa akan mempermudah jalan rezeki. Maka sebaliknya, dosa dan kemaksiatan kepada Allah Subhanahuwata’ala akan menyempitkan rezeki pelakunya. 


Walaupun begitu, mengapa kita selalu menyaksikan orang-orang yang sering bermaksiat justeru mendapatkan rezeki berlimpah?.


Ketahuilah, jika kita menyaksikan hal seperti ini, maka itulah definisi dari istidraj yang yang Allah Subhanahuwata’ala berikan kepada pelaku kemaksiatan. Sebagaimana Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


 إذا رأيْتَ اللهَ يُعْطي العبدَ مِنَ الدُّنيا على مَعاصيه ما يُحِبُّ، فإنَّما هو استِدراجٌ. ثمَّ تلَا رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}


Maksudnya:”Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya, padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj. Lalu, Rasulullah membacakan ayat, bermaksud:”Maka, tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga, apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka, ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (QS. Al An’am ayat 44)”.  Riwayat Ahmad (17311)


Hakikatnya mereka yang mempunyai banyak harta tetapi melakukan maksiat itu adalah musibah keatas mereka.


Itulah yang dinamakan istidraj.Harta yang banyak tidak boleh membeli ketenangan, harta juga tidak boleh membeli kebahagiaan dan harta juga tidak dapat membeli ketaqwaan.


Disaat mendapati hidup kita sering diliputi masalah dan tidak kunjung tiba pula solusinya, rezeki kita sulit dan terhalang, maka waktu itu patut kita curigai ketakwaan kita, mungkin masih banyak memiliki kekurangan, dosa-dosa kita boleh jadi juga telah menumpuk. Maka, bersegeralah untuk bertaubat dan beristigfar kepada Allah Subhanahuwata’ala.


Sabda Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam,


عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِخَطِيئَةٍ يَعْمَلُهَا


Maksudnya:” Dari Tsauban ia berkata; Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam bersabda: " Tidak menambah umur kecuali perbuatan baik, tidak ada yang menolak takdir kecuali doa, dan sungguh, seorang laki-laki tertahan dari rezkinya kerana kesalahan yang telah ia lakukan”. Riwayat Ibnu Majah (87)


Kesan buruk lainnya adalah terjadinya musibah dan malapetaka. Baik ianya  berupa banjir, gempa dan lain sebagainya. Dengarlah firman Allah Subhanahuwata’ala,


فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنۢبِهِۦ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ ٱلصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ ٱلْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ


Maksudnya:”Maka, masing-masing (mereka itu), Kami seksa disebabkan dosanya. Maka, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. Al-Ankabut ayat 40.


Apa yang menimpa umat-umat terdahulu dari musibah banjir, kekeringan, gempa, dan  sebagainya, maka ianya boleh juga menimpa kita di zaman sekarang ini, kerana banyaknya dosa dan tersebarnya kemaksiatan di sekitar kita.


Kesan buruk lainnya dari dosa dan kemaksiatan yang dilakukan seorang muslim adalah terjadinya perpecahan dan perselisihan di antara kaum muslimin. 


Nabi Sallallahu'alaihiwasallam pernah bersabda,


وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ؛ مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فَفُرِّقَ بَيْنَهُمَا، إِلاَّ بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا


Maksudnya:”Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah dua orang muslim saling mencintai lalu keduanya berpisah, pasti disebabkan suatu dosa yang dilakukan salah satu keduanya”.  Riwayat Imam Ahmad (5357), diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad (401)


Sudah tentu ini merupakan kesan buruk yang amat berbahaya bagi kaum muslimin. Kerana Nabi Sallallahu'alaihiwasallam sendiri sangat berhati-hati agar tidak terjadi perpecahan di antara kaum muslimin. Bahkan, beliau sentiasa mengingatkan para sahabatnya akan bahaya perpecahan ini setiap kali hendak solat lima waktu. Di antaranya beliau bersabda,


عبادَ اللَّهِ لتسوُّنَّ صفوفَكم أو ليخالفَنَّ اللَّهُ بينَ وجوهِكُم ، وفي روايةٍ: قلوبِكُم.


Maksudnya:”Wahai hamba Allah, luruskan saf kalian, atau Allah benar-benar akan membuat hati-hati kalian berselisih”.  Bukhari  (717) dan Muslim (436)


Dalam sirah dan kisah hidup Nabi Muhammad Sallallahu'alaihiwasallam, juga terdapat pelajaran akan kesan buruk dari kemaksiatan yang dilakukan oleh kaum muslimin. Iaitu, kekalahan mereka dalam peperangan Uhud ketika melawan kaum musyrikin.


Di awal peperangan, kaum muslimin unggul dan menang. Akan tetapi, ketika pasukan pemanah goyah melihat saudara-saudara lainnya sedang membahagi-bahagikan harta rampasan perang, lalu mereka pun turun. Maka terjadilah kekacauan dan penyerbuan kaum musyrikin keatas kaum muslimin yang menyebabkan kekalahan bagi kaum muslimin. Kekalahan tersebut terjadi kerana kemaksiatan yang dilakukan oleh pasukan pemanah kerana tidak mentaati perintah Rasulullah Sallallahu'alaihiwasallam untuk tetap berada di atas bukit walau apa pun keadaannya.


Ketahuilah! Sesungguhnya kemaksiatan yang dilakukan seorang muslim itu akan membuatnya hina pada pandangan Allah Subhanahuwata’ala. Nabi Sallallahu'alaihiwasallam pernah bersabda,


فَالنَّاسُ رَجُلَانِ بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ


Maksudnya:”Manusia terbagi dua: 1) baik, bertakwa, mulia bagi Allah dan 2) keji, sengsara, hina di mata Allah.” Riwayat Tirmidzi (3270)


Dan ketika Allah Subhanahuwata’ala telah menghinakan seseorang, maka tidak akan ada lagi makhluk yang akan menghormatinya dan memuliakannya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


وَمَن يُهِنِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّكْرِمٍ


Maksudnya:”Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak ada seorang pun yang memuliakannya”. Al-Hajj ayat 18.


Berapa banyak keburukan dan mara bahaya yang akan menimpa mereka yang bermaksiat kepada Allah Subhanahuwata’ala. Baik ianya keburukan di dunia, terlebih lagi keburukan dan ancaman di alam akhirat.


Dengan mengetahui bahaya dan kesan buruk dari kemaksiatan dan dosa yang dilakukan seorang hamba, semoga kita menjadi semakin takut untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahuwata’ala, berfikir berulang kali ketika terdetik untuk melanggar aturan-aturan Allah Subhanahuwata’ala.


Ya Allah, jagalah kami semua dari melakukan dosa dan kemaksiatan, ampunilah dosa-dosa kami yang telah lalu, berikanlah kami keampunan-Mu yang luasnya melebihi luas bumi dan langit, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang senttiasa istiqomah di dalam melakukan kebaikan dan ketaatan.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




1 comment:

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah.

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah. Kita seharusnya benar-benar menyedari bahawa kita sebenarnya berhadapan dengan dua pilihan jala...