Tuesday, May 23, 2023

Tiga kunci kejayaan menjadi Orang bertakwa di Bulan Ramadhan.

Tiga kunci kejayaan menjadi Orang bertakwa di Bulan Ramadhan.

Allah Subhanahuwata'ala telah mewajibkan ibadah puasa di bulan Ramadhan ke atas umat Islam, sebagaimana Allah Subhanahuwata'ala juga telah mewajibkannya atas umat-umat sebelumnya. Fakta ini membuktikan betapa ibadah puasa sangat penting bagi kehidupan beragama setiap umat. Kerana itu, Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Maksudnya:"Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ibadah puasa ke atas kamu sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat sebelum kamu, agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa". Al Baqarah ayat 183.


Telah sekian kali kita berpuasa Ramadhan, namun demikian adakah  nilai-nilai takwa dalam diri kita telah bertambah?


Padahal pada ayat di atas, Allah Subhanahuwata'ala telah menegaskan bahawa dengan berpuasa, maka secara idealnya kita menjadi orang-orang yang bertakwa.


Apakah ayat di atas tidak lagi relevan dengan kondisi kehidupan umat manusia di zaman ini? 


Tentu sebagai seorang Muslim, kita meyakini bahawa ayat-ayat al-Qur`an senantiasa relevan dengan berbagai perkembangan zaman hingga ke Hari Kiamat.


Hanya ada satu kemungkinan atau jawapan atas kondisi yang sedang terjadi pada umat Muslim di saat ini. Adanya kekurangan dan khilaf dalam menjalankan ibadah puasa, sehingga nilai-nilai takwa kurang dirasakan walaupun kita telah berpuasa untuk sekian lamanya.


Fenomena sehingga nilai-nilai takwa kurang dirasakan sudah sepantasnya segera diperbetulkan, agar segera terjadi perubahan ke arah yang positif. 


Ada tiga pelajaran penting yang dapat kita petik dari ibadah puasa agar nilai-nilai takwa segera terwujud dalam diri kita:


1. Puasa adalah Media Training Center bagi Pola Fikir dan Perilaku Umat Islam.


Dalam keadaan haus dan lapar di siang hari selama bulan Ramadhan, seakan semua makanan dan minuman terasa lazat dan segar. Bayangan menikmati lazat dan segarnya berbagai makanan mendorong kita untuk membuatnya atau membelinya. Bahkan sering kali kita hanyut dalam badai keinginan untuk menguasai semuanya seorang diri. Akibat dari sikap hanyut dalam badai keinginan ini, sering kali kita lupa daratan, sehingga membuat atau membeli makanan melebihi dari keperluan.


Namun ketika matahari telah terbenam, hanya sedikit yang kita makan dan bahkan banyak dari makanan yang telah dibuat atau dibeli tidak tersentuh sama sekali.


Bahkan lebih parah dari itu, sebahagian kita walaupun tetap bernafsu untuk makan, hingga seluruh rongga perutnya penuh, namun tetap saja masih tersisa hidangan yang melebihi apa yang telah ia inginkan


Perilaku semacam inilah salah satu faktor yang menjauhkan nilai-nilai takwa dari diri kita. Andainya selama bulan puasa kita meluangkan waktu sedikit saja untuk memikirkan sikap yang benar dalam hal makan dan minum, nescaya kita terhindar dari kondisi-kondisi seperti yang diungkapkan di atas.


Untuk urusan makan dan minum, yang benar-benar kita perlukan adalah jauh lebih sedikit dari apa yang selama ini kita makan. Dan tentunya jauh dari apa yang selama ini kita olah atau kita beli. Buktinya, setiap hari kita membuang atau paling kurang terpaksa menyingkirkan banyak makanan hingga akhirnya rosak atau basi.


Andainya kita semua mengindahkan teladan Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam dalam urusan makan dan minum, nescaya kita semua menjadi orang-orang yang bertakwa. 

Sebagaimana petunjuk hadith yang diriwayatkan oleh Miqdam bin Ma’di, bahawa Rasulullah Sallahu‘alaihiwasallam bersabda:


مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ


Maksudnya: “Tidaklah anak Adam memenuhi bekas yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan belakangnya. Namun jika dia mesti (melebihkannya), hendaklah sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas”

Riwayat al-Tirmizi (2380), Ibnu Majah (3349), al-Nasaie (6729) dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman (5263)


Nabi Sallahu‘alaihiwasallam mengajarkan bahawa dalam  urusan makan dan minum kita hendaklah mengikuti standard keperluan dan tidak menuruti kemampuan apalagi keghairan untuk makan.


Bagi urusan kemampuan makan minum, masing-masing perut memiliki daya tampung yang berbeza-beza, dan masing-masing dari kita mampu untuk memenuhi seluruh ruang perutnya. Namun, anda juga perlu sedar bahawa dengan memenuhkan ruang perut anda pasti akan mendatangkan masalah, bahkan menjadi ancaman besar bagi kesihatan anda.


Demikan juga bila kita berbicara tentang keinginan atau keghairahan, maka setiap dari kita memiliki keinginan atau keghairahan masing-masing. Dan saya yakin anda sendiri juga tidak memiliki batasan yang jelas apatahlagi untuk menghentikan keinginan atau keghairahan anda terhadap makanan dan minuman yang lazat.


Selama hayat masih di kandung badan, anda pasti masih berselera dan berkeinginan atau berkeghairahan untuk menikmati makanan dan minuman yang lazat. Hanya ada satu hal yang dapat menghentikan keinginan atau keghairahan kita, iaitu ajal atau kematian.


Keadaan serupa juga terjadi pada keinginan atau keghairahan kita pada  berbagai kenikmatan dunia lainnya. Kerana itu Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda:


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ ثَالِثٌ وَلَا يَمْلَأُ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ


Maksudnya:"Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Sallallahu'alaihiwasalam bersabda: "Andai anak Adam memiliki dua lembah emas, necaya ia menginginkan lembah lagi dan tidak ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah dan Allah menerima taubat orang yang bertubat". Riwayat Tirmizi(2259)


Setiap petang hari, selama bulan puasa, anda sentiasa berhadapan dengan keadaan di atas. Dan akhirnya setelah anda meneguk segelas air keinginan dan kemampuan anda telah tertunai Ternyata hanya dengan segelas minuman mampu menjadikan anda berfikir dengan jernih tentang makanan dan minuman. Sebenarnya, makanan yang anda perlukan jauh lebih sedikit daripada apa yang anda mampu sajikan, apatahlagi daripada  apa  yang anda bayangkan.


Andai pelajaran penting ini benar-benar dapat kita hayati dan terapkan dalam hidup kita, nescaya kita akan menjadi orang yang bertakwa. Dengan semangat puasa ini, kita mampu membezakan antara kemampuan dan kebenaran. Ternyata dalam hidup di dunia ini, kita semua dituntut untuk membezakan diantara kebenaran dengan kemampuan apatahlagi diantara keinginan atau keghairahan. 


Tidak semua perkara yang mampu kita lakukan dapat pula kita lakukan pada kemudiannya. Sebagai orang yang bertakwa, kita berfikir jernih dalam setiap keadaan sehingga sentiasa bersikap dengan benar dan berguna dalam setiap keadaan.


Pendek kata, dengan semangat puasa kita  sanggup mengontrol ucapan dan perbuatan kita. Kita sentiasa menimbang ucapan dan perbuatan kita, walaupun dalam keadaan sulit, semisalnya ketika emosi kita dipancing atau harga diri kita direndahkan oleh orang lain.


Dari Abu Hurairah, Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ


Maksudnya:“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu(lalai) dan rofats(lucah). Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat keji padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”. Riwayat Ibnu Majah dan Hakim.  At Targib wa At Tarhib no. 1082.


Sekiranya pengalaman-pengalaman yang berulang kali yang berlaku pada setiap kali berbuka puasa ini dapat kita terapkan pada setiap aspek keperluan kita di dunia ini, nescaya kita akan menjadi orang yang benar-benar bertakwa.


Namun sayangnya, pelajaran berharga ini selalunya berlalu begitu sahaja, dan bahkan sering kali kita keluhkan dan kemudian kita lupakan. 


2. Berpuasa Hanya Di Siang Hari.


Seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia sepakat bahawa puasa dalam Islam hanya dijalankan pada siang hari. Sedangkan pada malam hari, umat Islam masih tetap bebas untuk makan dan minum. Hal ini selaras dengan firman Allah Subhanahuwata'ala berikut:


أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ


Maksudnya:"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. malam". Al-Baqarah ayat 187.


Ketentuan berpuasa pada siang hari sepanjang sejarah Islam tidak pernah ada yang menggugatnya. Padahal zaman telah berkembang, dan tuntutan perkembangan zaman semakin kompleks. Walaupun demikian, tetap saja umat Islam sepakat bahawa puasa dalam Islam hanya boleh dilakukan pada siang hari, sedangkan pada malam hari semuanya berhenti dari berpuasa. Semua umat Islam dalam urusan ini menerima dan patuh sepenuhnya dengan ketentuan yang diajarkan dalam al-Qur`an dan al-Sunnah, tanpa ada rasa keberatan sedikit pun. Sebagaimana puasa wajib hanya dijalankan di bulan Ramadhan, dan pada hari pertama bulan Syawal seluruh umat Islam merayakan Idul Fitri dengan menikmati makanan dan minuman atau berhenti dari berpuasa.


Allah Subhanahuwata'ala yang telah menjadikan hukum berhenti dari makan dan minum di siang bulan Ramadhan sebagai ibadah dan sebaliknya menjadikan makan dan minum sebagai ibadah pada hari raya. Adanya perbezaan hukum makan dan minum ini menjadi bukti dan pelajaran penting bagi umat Islam agar dalam hidup lebih-lebih lagi dalam urusan ibadah sepenuhnya berserah diri dan patuh kepada tuntunan syariat Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam .


Kerana itulah diantara salah satu indikator ibadah puasa yang baik adalah dengan menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur. Salah satu hikmah dari ketentuan ini ialah untuk semakin mengukuhkan erti kepatuhan kepada perintah Allah Subhanahuwata'ala dan Rasul-Nya. 


Ketika fajar telah terbit, maks ketika itu pula anda berhenti dari makan dan minum, walaupun anda masih berselera untuk makan atau minum. Sebaliknya, ketika matahari terbenam, saat itu pula anda berhenti puasa, walau anda masih kuat dan mungkin merasa lebih mantap atau hebat bila meneruskan puasa hingga malam. 


Sebagaimana Sabda Rasulullah Sallahu'alaihiwasallam,


اَ يَزَالُ الدِّيْنُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ لَأَنَّ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُوْنَ


Majsudnya: “Agama ini akan terus-menerus menang (zahir) selama mana manusia menyegerakan berbuka puasa, kerana Yahudi dan Nasrani mengakhirkannya.” Riwayat Abu Daud (2353), An-Nasa-i dalam Al-Kubra, Ahmad, Ibnu Hibban dalam Al-Ihsan, Hakim, Al-Baihaqi dan Ibnu ‘Abdil Bar dalam At-Tamhid.


Ibadah puasa Ramadhan menumbuhkan kesedaran untuk patuh sepenuhnya dengan syariat Allah dalam segala aspek kehidupan kita. Hanya dengan cara inilah nilai-nilai takwa yang sejati dapat terwujud dalam diri kita. Allah Subhanahuwata'ala berfirman:


إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ


Maksudnya:"Sesungguhnya jawapan oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". An-Nur ayat 51.


3. Berpuasa hanya kerana Allah Subhanahuwata'ala.


Ibadah puasa dengan menahan lapar dan dahaga semakin membuktikan betapa besarnya kurniaan Allah Subhanahuwata'ala  kepada umat manusia yang telah memberikan rezki makanan dan minuman. Nikmat Allah Subhanahuwata'ala yang berupa makanan dan minuman semakin terasa nikmat di bulan Ramadhan, sehinggakan peniagaan makanan di bulan Ramadhan pun sangat laris.


Namun senikmat apapun makanan yang anda miliki dan sesegar apapun minuman yang ada di hadapan anda, semuanya anda tinggalkan sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.


Anda melakukan itu semua bukan kerana sedang sakit, atau tidak mampu membelinya atau telah bosan menikmatinya. Semua itu anda lakukan hanya keran mengharapkan pahala dari Allah Subhanahuwata'ala . Inilah satu-satunya semangat dan motivasi anda dalam menjalankan ibadah puasa. 

Hal ini adalah merujuk kepada sabda Rasulullah Sallahu'alaihiwasallam yang berikut:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  ” كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : ” إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي ، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ ، وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ” .


Maksudnya:"Abu Hurairah radiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Sallahu'alaihiwasallam bersabda: Setiap amalan anak adam, pahalanya akan digandakan sepuluh kali ganda sehinggalah tujuh ratus kali ganda. Allah berkata: Kecuali puasa. Sesungguhnya ia milik Aku. Akulah yang akan membahagi-bahagikan ganjaran pahalanya. Orang yang berpuasa itu telah meninggalkan nafsu syahwat dan makan minum kerana Aku. Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan: Kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi daripada wangian kasturi".  (Riwayat Muslim,1952)


Demikianlah semestinya sikap kita  selama hidup di dunia. Semua aktiviti kita, baik ucapan atau perbuatan ditujukan hanya untuk Allah Subhanahuwata'ala,


قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ


Katakanlah: “Sesungguhnya solat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. Al-An’am ayat 162-163.


Anda menyedari bahawa segala bentuk keuntungan dunia hanyalah sementara dan sesaat lagi pastilah anda akan tinggalkannya. Sebagaimana anda juga beriman bahawa segala munafaat dan mudharat adalah kepunyaan Allah Subhanahuwata'ala . Kesedaran ini menjadikan anda fana dihadapan Allah Subhanahuwata'ala.


تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا ﴿١﴾ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا


Maksudnya:"Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Qur`ân) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya..”. Al-Furqan ayat 1-2.


Pada saat yang sama, Anda juga beriman sepenuhnya bahawa keberadaan anda di dunia ini untuk mengabdikan diri kepada Allah Subhanahuwata'ala . Hanya dengan pengabdian kepada Allah Subhanahuwata'ala inilah hidup anda menjadi bererti. Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴿٥٦﴾مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ


Maksudnya:"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan". Adz-Dzariyat ayat 56-57.


Andai ketiga-tiga perkara di atas benar-benar anda aplikasikan dalam hidup anda, إن شاء الله anda akan menjadi orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahuwata'ala. Semoga Allah Subhanahuwata'ala menetapkan keadaan kita, dan memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati indahnya puasa bulan Ramadhan di masa-masa yang akan datang, ٱمين



No comments:

Post a Comment

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah.

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah. Kita seharusnya benar-benar menyedari bahawa kita sebenarnya berhadapan dengan dua pilihan jala...