Sunday, June 19, 2022

Takut (الخوف) pada Allah Subhanahuwata'ala

Takut (الخوف) pada Allah Subhanahuwata'ala

Menurut bahasa Arab, rasa takut dikenali sebagai al-khauf (الخوف). Ada juga yang mengatakan rasa takut itu, al-khasyyiah (الخشية). Al-khasyyiah itu adalah ‘rasa takut yang memiliki ciri keilmuan’ mengetahui mengenai siapa yang dia takutkan. Seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, 


وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ


Maksudnya:"Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". Fathir ayat 28.


Rasa takut itu hakikatnya adalah kerisauan hati mengenai akan terjadi sesuatu yang dibenci, yang tidak disukai atau kehilangan sesuatu yang disayangi di masa akan datang. Perasaan itulah yang dikatakan takut. Dan rasa takut ini juga yang menjadi naluri semulajadi manusia. Setiap hamba memiliki rasa takut yang melekat pada dirinya. Namun rasa takut ini, boleh menjadi musuh dan sumber motivasi atau kekuatan, bergantung di mana diletakkan rasa takut itu.


Rasa takut ini bermacam-macam. Ada orang takut secara naluri kepada makhluk halus, ada orang takut dengan binatang berbisa dan buas, ada yang takut dengan petir, ada takut dengan kegagalan, ada takut dengan penyakit dan kematian, ada yang takut kepada ketinggian dan macam-macam rasa takut lagi.


Al-Khauf atau rasa takut yang paling agung dan yang lebih mulia daripada rasa takut kepada Pencipta, iaitu Allah Subhanahuwata'ala. Kerana ini adalah salah satu bentuk penghambaan manusia kepada Allah Subhanahuwata'ala. Manusia merendahkan diri kepada Allah Subhanahuwata'ala. Meyakini Allah boleh berbuat apa sahaja kepada makhluk-Nya. 


Apabila kita mendalami rasa takut ini, ternyata puncak rasa takut seorang hamba adalah kepada pencipta-Nya, Allah Subhanahuwata'ala. Dan ini adalah puncak ibadah seorang hamba.Takut kepada Allah Subhanahuwata'ala adalah rasa takut kepada tuhan pencipta manusia, pemilik alam semesta, yang memberikan rezeki kepada makhluk-Nya dan menciptakan syurga dan neraka (syurga bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan neraka bagi hamba-hamba-Nya yang bermaksiat kepada-Nya).


Allah Subhanahuwata'ala memerintahkan kepada manusia agar rasa takut yang ada di dalam hati, yang penuh dengan pengagungan kepada Allah itu, tidak di berikan kecuali kepada Allah Subhanahuwata'ala sahaja. Rasa takut ini merupakan ibadah. Justeru itu, jangan sampai rasa takut yang ada di dalam diri kita ini, ternyata sebagai kesyirikan kepada Allah Subhanahuwata'ala. Allah berfirman,


إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ


Maksudnya:"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), kerana itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman". Ali 'Imran Ayat 175.


Allah Subhanahuwata'ala berpesan kepada orang-orang beriman, jangan takut kepada syaitan, kawan-kawanya dan kekasih-kekasihnya. Dan Allah Subhanahuwata'ala telah menegaskan dalam ayat di atas, “Takutlah kepada Aku.”  Di Surah al Ma’idah ayat 44 Allah Subhanahuwata'ala berfirman, 


إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ


Maksudnya:"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Kerana itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir". Al-Ma'idah Ayat 44


Dalam kajian akhlak tasawuf, takut seorang Mukmin hendaklah dimaknai secara positif, iaitu rasa takut yang menyebabkannya melaksanakan kewajipan dan meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya. 

Rasa takut yang terpuji adalah rasa takut yang mendorong kepada amal soleh, menghalangi dari perbuatan haram. Apabila rasa takut itu telah melebihi batasan itu, maka akan menimbulkan sifat putus asa dari rahmat Allah Subhanahuwata’ala. 


Jika rasa takutnya itu meningkat, Mukmin tersebut tidak merasa cukup hanya dengan melaksanakan kewajipan, tetapi juga akan melengkapinya dengan amalan sunat, dan menjauhi hal-hal yang berbau syubhat atau samar-samar status hukumnya.


Dengan itu, Islam membahagikan rasa takut ini kepada beberapa bahagian, antaranya: takut yang wajib, takut yang sunnah, takut yang mubah, takut yang haram dan takut yang merupakan kesyirikan.


Sekurang-kurangnya, ada enam hal yang mesti ditakuti oleh seorang Mukmin.


Pertama: Takut siksa Allah yang ditimpakan kepadanya kerana dosa-dosa yang pernah diperbuatnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahuwata’ala,


وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا  إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا


Maksudnya:“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman".  Al-Furqan ayat 65-66


Kedua: Takut tidak dapat menunaikan kewajipannya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan kepada sesama manusia. 


Pada dasarnya, tanggungjawab manusia yang utama terhadap Allah Subhanahuwata'ala ialah melaksanakan ibadah dengan mengabdikan diri secara tulus ikhlas kepada-Nya. Justeru itu semua Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang diutuskan oleh Allah Subhanahuwata'ala adalah mempunyai risalah yang sama, iaitu menyampaikan seruan agar seluruh manusia mengabdikan diri hanya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan menjauhi thagut. Allah Subhanahuwata'ala telah berfirman dalam Surah al-Nahl ayat 36,


وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ


Maksudnya:"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)". 


Al-Khauf menuntut seorang Muslim untuk bergegas melaksanakan apa-apa yang menjadi hak-hak Allah Subhanahuwata'ala dan menjauhkannya dari kelalaian. Rasa ini juga akan menghalanginya dari perbuatan menzalimi orang lain dan memotivasinya untuk bersikap amanah, jujur, adil serta tidak menyia-nyiakan hak orang lain.


Rasa takut yang tertanam dalam hati ini juga akan menyelamatkan dia dari tipu daya dunia, sehingga dia tidak hanyut terbawa arus syahwat yang diharamkan, kerana dia selalu waspada terhadap dunia.


Ketiga: Takut tidak diterima amal ibadah yang dilakukannya sehingga amalnya menjadi sia-sia belaka. 


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, ‘Aisyah mengatakan, “Aku bertanya kepada Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam tentang makna ayat,


وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ


Maksudnya:“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (kerana mereka tahu bahawa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka". Al-Mukminun ayat 60.


‘Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, 

“Aku mengira bahawasannya mereka adalah orang-orang yang meminum khamr dan mencuri.”


Maka Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam mengatakan,


لا يا بنت الصديق، و لكنّهم الذين يـصومون ويصلّون ويتصدّقون، وهُم يخافون أن لا تُقبَلَ منهم


Maksudnya:“Bukan itu, wahai bintu Shiddiq. Namun mereka adalah orang-orang yang (rajin) berpuasa, (rajin) solat, dan (rajin) sedekah, namun mereka khawatir amal mereka tidak diterima". Tirmidzi  (3175)


Sebagaimana perkataan Hasan Al-Basri rahimahullah,


المؤمنُ جَمَعَ إِحسانًا وشَفَقَـةً، والمنافقُ جَمَعَ إساءةً وأمنًا، ثم تلا الحسن:  إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ


Maksudnya:"Seorang mukmin (adalah orang) yang mengumpulkan (dua hal dalam dirinya, iaitu): beramal yang berkualiti, dan (di sisi lain) khawatir (amalnya tidak diterima). (Sedangkan) orang munafik menggabungkan (dua hal pada dirinya, iaitu): buruk (amalannya) dan merasa aman (dari siksa Allah). Kemudian Hasan Al-Bashri membacakan (ayat), “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati kerana takut akan (azab) Tuhan mereka(Al-Mu’minun Ayat 57).” (Tafsir Ath-Athabari, 68: 17)


Keempat: Takut dihadapkan kepada aneka fitnah (akibat perilakunya) dan kemurkaan Allah yang akan menimpanya di dunia. 


أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ


Maksudnya:"Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi". Al-A’raf Ayat 99.


Apakah mereka merasa aman dari hukuman yang direncanakan Allah atas mereka dan godaanNya berupa nikmat dan kesehatan tanpa merasakannya. Maka tidak ada yang merasa aman dari rencana dan kekuatan Allah kecuali kaum yang merugikan diri sendiri. Lihat Tafsir Al-Wajiz oleh Syeikh Wahbah az-Zuhaili. 


Yakni istidraj; penundaan azab dengan memberikan nikmat untuk sementara waktu, lalu azab datang secara tiba-tiba.


Kelima: Takut su’ul khatimah (akhir kehidupan atau kematian yang buruk).


Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda, 


إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ.  رواه البخاري وغَيْرُهُ.


Maksudnya:“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. Riwayat Bukhari dan selainnya. 


Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang soleh sangat merisaukannya. Mereka melakukan amal soleh tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sehingga meninggal. Mereka berusaha merealisasikan wasiat Allah Subhanahuwata’ala, 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


Maksudnya:"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. Ali Imran ayat 102.


Keenam: Takut azab kubur, pengadilan, dan azab Allah di akhirat kelak.


Daripada Ali bin Abi Talib RA berkata: Manusia meragui tentang azab kubur sehingga diturunkan firman Allah Subhanahuwata’ala, 


أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ ﴿٢﴾كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤


Maksudnya: Kamu telah dilalaikan (daripada mengerjakan amal bakti) oleh perbuatan berlumba-lumba untuk mendapat dengan sebanyak-banyaknya (harta benda, anak-pinak pangkat dan pengaruh). Sehingga kamu masuk kubur. Jangan sekali-kali (bersikap demikian)! Kamu akan mengetahui kelak (akibatnya yang buruk semasa hendak mati)! Sekali lagi (diingatkan): Jangan sekali-kali (kamu bersikap demikian)! Kamu akan mengetahui kelak akibatnya yang buruk pada hari kiamat)!". al-Takathur ayat 1-4.


Allah Subhanahuwata’ala mengkhabarkan bahawa orang yang takut kepada-Nya, akan diselamatkan dari hal-hal yang tidak dia sukai, diberi kecukupan dan diberi akhir yang baik.


Kalau kita mempelajari kehidupan para Ulama salaf, kita dapati rasa takut kepada Allah Subhanahuwata’ala telah mendominasi hati mereka. Ini mendorong mereka untuk terus memperbaiki amalan dan mengharapkan rahmat Allah Subhanahuwata’ala . Oleh kerana itu, keadaan kehidupan mereka selalu baik, akhir kehidupan mereka juga baik serta amalan mereka penuh berkat.


إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا


Maksudnya:"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih". Al-Insan ayat 9.


Mereka melakukan amalan soleh dan kebajikan, bukan kerana ingin dipuji tetapi untuk mendapatkan keredhaan Allah Subhanahuwata'ala.


Allah menghimpunkan beberapa kelebihan bagi orang yang takut kepada-Nya. Diantaranya:


Keampunan dan pahala, 


إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ


Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar". Al-Mulk Ayat 12


Pentunjuk dan rahmat, 


وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُوسَى الْغَضَبُ أَخَذَ الْأَلْوَاحَ ۖ وَفِي نُسْخَتِهَا هُدًى وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُونَ


Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Al-a'raf ayat 154


Ilmu dan kefahaman, 


وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ


Maksudnya:"Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". Fatir ayat 28.


Syurga dan keredhaan, 


جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ


Maksudnya:"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah redha terhadap mereka dan merekapun redha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya". Al-Bayyinah Ayat 8


Mengurniakan Syurga, 


وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ


Maksudnya:"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). Al-Nazi'at 40-41


Firman Allah Subhanahuwata’ala, 


وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ ﴿٤٦﴾ فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٤٧﴾ ذَوَاتَا أَفْنَانٍ


Maksudnya:"Orang yang takut pada Allâh akan mendapatkan dua syurga. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan Al-Rahman ayat 46-48.


Akhir kalam. Takut kepada Allah Subhanahuwata'ala menjadikan hamba semakin dekat dan cinta kepada-Nya sehingga dia tidak lagi takut dengan kehilangan apa-apa sahaja di dalam kehidupannya kerana dia tidak kehilangan Allah Subhanahuwata'ala. Semoga Allah memberikan kita rasa takut kepada-Nya yang menghalang kita dari berbuat dosa dan maksiat.







No comments:

Post a Comment

Mendirikan Masyarakat Atas Dasar Aqidah Islam.

Mendirikan Masyarakat Atas Dasar Aqidah Islam. Aqidah yang dimaksudkan dalam membentuk masyarakat Islam ialah aqidah yang berpandukan, لَا إ...