Thursday, January 4, 2024

Jagalah diri kita dan keluarga kita dari panasnya api neraka.

Jagalah diri kita dan keluarga kita dari panasnya api neraka.

Jagalah diri kita dan keluarga kita dari panasnya api neraka. Sebagaimana hal ini telah diperintah oleh Allah Subhanahuwata’ala dalam firman-Nya,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ


Maksudnya:"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".  At-Tahrim ayat  6.


Keluarga di dalam Islam memiliki kedudukan yang amat krusial dan penting. Darinyalah masyarakat Islam terbentuk, dan darinya pula sebuah generasi emas akan terwujud.

Islam sangat memberi perhatian terhadap keluarga. Sebelum sebuah keluarga itu terbentuk, Islam telah memberikan bimbingan dan arahan tentang langkah yang seharusnya diambil oleh laki-laki sehingga dirinya  sukses membangunkan bahtera rumah tangganya. Iaitu, dengan memilih isteri yang solehah bagi dirinya. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


فاظفَرْ بذات الدين تَرِبَتْ يداك


Maksudnya".Maka, pilihlah (wanita) kerana agamanya, nescaya kamu akan beruntung". Riwayat Bukhari (5090) dan Muslim (1466)


Bukan hanya dari sisi calon suami saja, demikian pula halnya dengan para wali calon isteri. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam memberikan nasihat kepada para wali perempuan untuk menerima lamaran dari laki-laki yang soleh dan baik agamanya. Beliau Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


إذا جاءَكم من ترضَونَ دينَهُ وخلُقَهُ فأنكِحوهُ إلَّا تفعَلوا تكُن فتنةٌ في الأرضِ وفسادٌ


Maksudnya:"Jika seseorang datang melamar (anak perempuan dan kerabat) kalian, sedangkan kalian reda pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, nescaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerosakan.”


Ketika mendengar hal tersebut para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, meskipun mereka tidak kaya?”


Beliau bersabda, “Jika seseorang datang melamar (anak perempuan) kalian, kalian reda pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia.” Beliau mengatakannya tiga kali".  Tirmizi (1085) dan Al-Baihaqi  (13863)


Salah satu langkah terpenting di dalam membangunkan keluarga yang harmoni dan sarat dengan kesolehan dan kebaikan adalah kepedulian dan pengawasan penuh dalam mendidik anak-anak kita. Bermula saat mereka masih kecil, para orang tua sudah dituntut untuk membimbing ibadah mereka dan budi pekerti mereka. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


مُروا أولادَكم بالصلاةِ وهم أبناءُ سبعِ سنينَ واضربوهُم عليها وهمْ أبناءُ عشرٍ وفرِّقوا بينهُم في المضاجعِ


Maksudnya:"Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan solat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun. Dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun, maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya. Dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya". Riwayat Abu Dawud (495)


Kepedulian terhadap pendidikan dan perkembangan anak bukan hanya pada perkara makan, pakaian, dan memenuhi keperluan-keperluan insaniah sahaja seperti yang banyak dilakukan oleh masyarakat kita di zaman sekarang. Lebih jauh dari itu, orang tua dan para wali bertanggung jawab penuh terhadap akhlak dan agama anak-anaknya. Dan ini bukanlah tugas ibu semata, di dalam mendidik anak-anak. Seorang ayah juga dituntut untuk ikut serta dan mengambil bahagian di dalamnya. Di manakah letak keteladanan jika seorang ayah tidak mampu dan tidak mahu turut serta di dalam mendidik anak-anaknya?.


Perkara terpenting yang mesti kita ajarkan dan kita tanamkan kepada anak-anak kita adalah keyakinan perihal kebesaran Allah Subhanahuwata’ala, merasa diawasi oleh-Nya, bergantung kepada-Nya dalam segala hal, dan takut kepada-Nya baik di dalam keramaian mahupun saat sendirian.


Kenapa? Kerana anak-anak kita hidup di zaman di mana kemaksiatan sangat mudah dijangkau, peluang untuk bermaksiat amatlah besar, pintu-pintu kemaksiatan tersebut bahkan ada dalam setiap genggaman kita. Tanpa perlu bersusah payah keluar rumah, atau bahkan keluar kamar, seorang anak sangat dimungkinkan untuk melakukan kemaksiatan dan melakukan hal-hal yang Allah haramkan. Di dalam menghadapi hal tersebut, ketakwaan dan merasa diawasi Allah Subhanahuwata’ala adalah perkara terpenting yang mesti dimiliki oleh setiap anak.


Perkara kedua yang mesti kita tanamkan kepada anak-anak kita adalah tentang keutamaan menjaga solat dan larangan dari menyia-nyiakannya. Kerana kesuksesan dan keberhasilan seorang hamba baik di dunia ini mahupun di akhirat nanti tidaklah terwujud, kecuali dengannya. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam suatu ketika menyebutkan tentang perkara solat, lalu beliau Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


من حافَظَ عليها كانت لَه نورًا وبُرهانًا ونجاةً إلى يومِ القيامةِ ومن لَم يُحافِظ عليها لم يَكن لَه نورٌ ولا برهانٌ ولا نجاةٌ وَكانَ يومَ القيامةِ معَ فرعونَ وَهامانَ وأبَيِّ بنِ خلفٍ


Maksudnya:"Siapa yang menjaga solat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan sampai hari kiamat. Dan siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf". Riwayat Ahmad (6576, Ibnu Hibban (1467), dan At-Thabrani, 14: 127 no. 14746)


Sangat sedih, kita hidup bersama generasi yang ramai  di antara mereka menyia-nyiakan  solat. Bahkan, tidak kurang sebahagian dari mereka meninggalkan solat dalam pengawasan dan pengetahuan orang tuanya. Padahal di dalam hadith, Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam menjelaskan secara jelas,


العَهدُ الذي بَينَنا وبَينَهُم الصلاةُ، فمن تَرَكَها فَقَد كَفَرَ


Maksudnya:"Batas antara kita dan mereka (orang-orang kafir) adalah solat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka telah kafir". Riwayat Tirmidzi (2621) dan An-Nasa’i (463)


Di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahuwata’ala juga sudah mengkhabarkan akan adanya sebahagian dari generasi kaum muslimin yang menyia-nyiakan solat, dan di ayat itu juga Allah sebutkan balasan dan hukumannya bagi mereka. sebagaimana firman-Nya,


فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا


Maksudnya:"Maka, datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan solat dan memperturutkan hawa nafsunya. Maka, mereka kelak akan menemui kesesatan dan keburukan, kecuali orang yang bertaubat, beriman, dan beramal soleh".  Maryam ayat 59-60.


Sebahagian ahli tafsir tatkala menjelaskan kata “al-ghayya” di dalam ayat tersebut menyebutkan bahawa maknanya adalah nama salah satu sungai di neraka Jahanam yang penuh keburukan dan kepedihan. 


Di antara pendidikan yang mesti kita tanamkan kepada anak-anak kita, terutama anak perempuan kita adalah rasa malu. Rasa malu adalah perhiasan hakiki bagi wanita muslimah. Dengannya martabat seorang muslim terjaga, dan dengannya pula aib serta kekurangan-kekurangan yang ia miliki akan tertutup. Disebutkan dalam hadith,


الْحَياءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.


Maksudnya:"Malu itu semuanya baik.” Riwayat Bukhari (6117) dan Muslim  (37)


Malu yang dimaksudkan di sini adalah rasa malu yang membuat diri kita terhindar dari melakukan kemaksiatan dan dosa. Rasa malu yang membuat seseorang menahan diri untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah Subhanahuwata’ala, baik itu di tempat keramaian mahupun di tempat yang sunyi.


Namun,ada tanggapan salah terkait dengan sifat malu ini yang tersebar di dalam kalangan masyarakat kita, iaitu anggapan bahawa sifat malu tidak wajar bagi laki-laki, sifat malu hanya khusus untuk perempuan saja.


Tanggapan ini keliru dan salah. Kerana seseorang yang malu jika dilihat oleh manusia lainnya tatkala berbuat kemaksiatan, maka sudah tentu  semistinya ia lebih malu kepada Rabbnya. Dan siapa saja yang malu kepada Rabbnya, maka rasa malunya tersebut akan mencegahnya dari melalaikan kewajipan ibadahnya dan dari melakukan kemaksiatan.


Bagi kita sebagai orang tua, ada tiga hal penting yang mesti kita lakukan agar pendidikan kita kepada anak-anak kita sukses mencapai tujuannya.


Pertama: Jadilah teladan yang baik untuk anak-anak kita.


Keteladan memiliki kesana yang besar di dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan anak-anak kita. Saat orang tua boleh menjadi teladan dan contoh yang baik untuk anak-anaknya, maka itu memudahkan anak-anak untuk memahami pengajaran dan pendidikan yang hendak disampaikan oleh orang tuanya. Sebaliknya, saat orang tua tidak dapat menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya, maka sang anak akan mencuba mencari sosok lainnya yang akan ia jadikan teladan. Tidak menghairankan bila kemudiannya mereka mencontoh artis-artis di TV dan selebgram-selebgram(Selebriti” dan “Instagram)yang bertebaran di dunia maya.


Keteladanan di dalam mendidik banyak sekali ditekankan oleh Allah Subhanahuwata'ala di dalam Al-Qur’an. Lihatlah bagaimana Allah Subhanahuwata'ala memerintahkan kita untuk meneladani Nabi Muhammad Sallallahu‘alaihiwasallam dan nabi-nabi lainnya. Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ


Maksudnya:"Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka".  Al-An’am ayat 90.


Kedua: Selalu mengawasi anak-anak kita.


Jangan sampai anak-anak kita menjadi korban para pemuja syubhat dan syahwat. Kita hidup di zaman di mana pemikiran-pemikiran sesat dan menyimpangan bermaharajale. Setiap individu bebas menyampaikan Pendapat dan pilihannya. Sebuah keterbukaan yang membuat syubhat dan syahwat mengepung anak-anak kita. Pergaulan bebas yang tidak terkontrol, keberanian wanita yang mengaku muslimah untuk melepas hijabnya, berdalih dengan kebebasan individu. Podcast-podcast (sebuah digital audio yang dihasilkan dalam bentuk rakaman) yang dipenuhi dengan orang-orang yang tidak beres dan bahkan tayangan-tayangan anak kecil yang terkadang disisipi oleh adegan-adegan yang tidak selayaknya dipertontonkan.


Agar terhindar dari semua yang disebutkan, hal itu memerlukan pengawasan orang tua kepada anaknya, meskipun mereka sudah besar. Jangan biarkan anak-anak perempuan kita pergi keluar sendirian untuk bekerja di tempat yang masih campur baur antara laki-laki dan perempuan. Jangan berat hati untuk memberikan batasan waktu bermain atau keluar rumah bagi anak laki-laki kita. Kerana tanpa adanya pengawasan orang tua, maka ini akan membuka pintu-pintu syaitan untuk mengganggu dan menyesatkan kita dan anak-anak kita.


Ketiga: Jangan lupa untuk mendoakan kebaikan kepada anak-anak kita.


Doa orang tua adalah doa yang mustajab. Manfaatkanlah hal ini untuk mendoakan kebaikan untuk anak-anak kita. Sebaliknya, jangan sampai mendoakan keburukan untuk anak-anak kita meskipun mereka sedang nakal sekalipun. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ


Maksudnya:"Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, iaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi.” Riwayat Abu Daud (1536). 


Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita, keluarga kita, dan anak-anak kita dari siksa api neraka, menjaga mereka dari bahaya fitnah syahwat dan syubhat. Ya Allah, jadikanlah kami orang tua yang baik untuk anak-anak kami. Jadikanlah kami orang tua yang dapat memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kami. Jadikanlah kami orang tua yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk anak-anak kami, seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang mendoakan anak-anaknya,


رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء


Maksudnya:"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan solat. Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku". Ibrahim ayat 40.


رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ


Maksudnya:"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala".  Ibrahim ayat  35.


Semoga Allah Subhanahuwata’ala senantiasa menjaga diri kita dan keluarga kita dari panasnya azab neraka Jahanam.



No comments:

Post a Comment

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah.

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah. Kita seharusnya benar-benar menyedari bahawa kita sebenarnya berhadapan dengan dua pilihan jala...