Thursday, September 14, 2023

Berbicaralah tentang Agama dengan ilmu dan hindarilah dari mengolok-ngolokan Agama.

Berbicaralah tentang Agama dengan ilmu dan hindarilah dari mengolok-ngolokan Agama.

Agama Islam adalah agama yang mengarahkan pandangan atau wawasan ke masa hadapan.. Agama Islam mengajak umatnya untuk meresapi dan memikirkan kembali akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan, memikirkan juga apa yang dapat menyelamatkan dirinya dari keburukan, menganjurkan dan memerintahkan pengikutnya untuk menggunakan akal sihat. Tidak menerima semua seruan dan tidak pula mengekor kepada setiap penyeru, memilih dan menyusun mana jalan terbaik untuk dirinya agar tidak tersesat. Hal ini sebagai pengamatan dan  pengamalan dari firman Allah Subhanahuwata’ala,


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا


Maksudnya:"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Kerana pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawaban".  Al-Isra’ ayat 36.


Sesungguhnya Allah Subhanahuwata’ala telah memberikan kita kurnia berupa agama yang benar, agama nabi Ibrahim 'alaihissalam yang lurus. Dan beliau bukanlah termasuk dari kalangan orang-orang musyrik. Agama yang telah Allah janjikan akan menang di atas semua agama lainnya. Oleh kerananya, Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ 


Maksudnya: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik membencinya".As-Saf ayat 9.


Agama yang Allah telah berjanji akan menjaga kitab sucinya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ


Maksudnya:"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya".  Al-Hijr ayat  9.


Al-Qur’an yang Allah Subhanahuwata’ala turunkan ini adalah sangat bermanfaat kepada manusia, pada bila pun zamannya dan di mana pun tempatnya. Kitab yang akan memberikan petunjuk menuju jalan yang lurus, jalan menuju syurga Allah Subhanahuwata’ala yang penuh kemuliaan. Di antara tanda agongnya pemberian Allah ini, Allah telah menyiapkan bagi siapa sahaja yang akan menjaga syariat-Nya, menyiapkan juga para penyeru agama-Nya, mengajarkan manusia akan apa yang bermanfaat bagi mereka, baik di dunia mahupun di akhirat. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


يَحْمِلُ هَذَا اْلعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ، يُنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الغَالِّيْنَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ.


Maksudnya"Ilmu (agama) ini akan dibawa oleh orang-orang terpercaya dari setiap generasi. Mereka akan meluruskan penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, takwil orang-orang jahil, dan pemalsuan orang-orang batil". Riwayat Ahmad dalam Tarikh Dimasyq (7: 39).


Oleh kerana itulah, Allah Subhanahuwata’ala memerintahkan kita agar bertanya kepada para alim ulama apabila kita berhadapan dengan sesebuah permasalahan yang kita tidak ketahui ilmunya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ


Maksudnya:"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui". An-Nahl ayat 43.


Allah Subhanahuwata’ala juga melarang kita dari bertanya kepada mereka yang menyesatkan manusia dengan ucapannya yang manis, namun jauh dari kebenaran. Mereka yang tidak tahu kaedah-kaedah ilmu dan dasar-dasarnya, namun berani berfatwa padahal tidak boleh membezakan antara khabar  atau hadith yang sahih dari hadith yang cacat dan palsu, ataupun tidak dapat menempatkan dalil yang ada pada tempatnya.


Semestinyalah majlis-majlis ilmu yang ada lebih mengutamakan dan mendahulukan kitab-kitab ulama yang sudah mengabdikan dirinya untuk ilmu, menghabiskan hari demi hari mereka untuk mempelajari ilmu syar’i dan menulisnya. Bukan Dari mereka yang manis lisannya, namun jahil dan kosong ilmunya.  Sehingga ada di antara mereka Ini yang dianggap ‘berilmu’, namun sebaliknya menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan.


Sesungguhnya fenomena seperti ini seperti cendawan tumbuh dan tersebar di dalam masyarakat, dan ini merupakan salah satu tanda kiamat kecil yang sudah terjadi. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


إنَّ مِن أشْرَاطِ السَّاعَةِ أنْ يُرْفَعَ العِلْمُ، ويَكْثُرَ الجَهْلُ


Maksudnya:"Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan banyaknya kebodohan". Riwayat Bukhari (5231) dan Muslim (2671)


Pada hadith yang lain pula Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ


Maksudnya:"Sesungguhnya Allah Subhanahuwata’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya. Akan tetapi, Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka bertanya kepada mereka, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan". Bukhari (100) dan Muslim (2673)

 

Sesungguhnya berdusta dan berbicara di atas nama Allah tanpa ilmu termasuk dari perbuatan dosa besar. Jika seseorang itu terjatuh ke dalamnya, maka akan membinasakannya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَا تَصِفُ اَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هٰذَا حَلٰلٌ وَّهٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوْا عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُوْنَۗ


Maksudnya:"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘Ini halal dan ini haram’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya, orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah itu tidak akan beruntung.” (QS. An-Nahl: 116)


Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam juga pernah bersabda,


إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ


Maksudnya:"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka". Bukhari (1291) dan Muslim  (4)


Di antara ayat yang menunjukkan besarnya dosa berbicara atas nama Allah 

Subhanahuwata’ala tanpa ilmu adalah firman-Nya,


قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَاَنْ تُشْرِكُوْا بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ


Maksudnya:"Katakanlah (Muhammad), ‘Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui". Al-A’raf ayat 33


Allah Subhanahuwata’ala telah menggabungkan antara berbicara atas nama Allah tanpa ilmu dengan kesyirikan.  Kesyirikan satu dosa yang tidak ada dosa lain yang lebih besar dan lebih parah darinya. 


Firman Allah Subhanahuwata’ala,


إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ


Maksudnya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu apajua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar".  al-Nisa’ayat  48.


Di antara bentuk berbicara agama tanpa ilmu yang mesti kita hindari adalah memperolok-olokan agama, merendahkannya, dan mengurangi keagungan kedudukannya. Sungguhnya hukuman dari perbuatan seperti ini sangatlah keras. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


وَإِذَا عَلِمَ مِنْ ءَايَٰتِنَا شَيْـًٔا ٱتَّخَذَهَا هُزُوًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ


Maksudnya:"Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan".  Al-Jasiyah ayat 9.


Seorang muslim yang beriman dan taat terhadap semua perintah-Nya semestinya berhati-hati dan menghindarkan dirinya dari mendengar dan menonton mereka yang memperolok-olok agama Islam. Hal ini berdasarkan firman Allah  Subhanahuwata’ala,


وَاِذَا رَاَيْتَ الَّذِيْنَ يَخُوْضُوْنَ فِيْٓ اٰيٰتِنَا فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖۗ وَاِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرٰى مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ


Maksudnya:"Apabila Engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika syaitan benar-benar menjadikan Engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zalim". Al-An’am ayat  68.


Mukmin yang benar tidaklah duduk dan ikut serta mendengarkan mereka yang memperolok-olok dan melecehkan agama, kerana ianya merupakan tanda kebodohan dan kedunguan. Mukmin yang benar akan lebih selektif dan memilih mana yang boleh ia dengar dan boleh ia ikuti dan mana yang tidak. Berusaha untuk hanya mendengarkan kebenaran dan kebaikan sehingga diri kita terhindar dari murka Allah Subhanahuwata’ala dan menjadikan usaha kita ini sebagai sebab masuknya kita ke dalam syurga-Nya.


Marilah kita semua berdoa agar Allah menghindarkan diri kita dari berfatwa dan berbicara tentang agama tanpa ilmu, menjadikan diri kita salah seorang  dari hamba-Nya yang berhati-hati ketika berbicara, tidak memperolok-olok ataupun melecehkan agama, walaupun dengan niat untuk bercanda.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


 




No comments:

Post a Comment

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah.

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah. Kita seharusnya benar-benar menyedari bahawa kita sebenarnya berhadapan dengan dua pilihan jala...