Saturday, July 1, 2023

Bukti cinta seorang hamba kepada Allah Subhanahuwata'ala dan ciri-cirinya.

Bukti cinta seorang hamba kepada Allah Subhanahuwata'ala dan ciri-cirinya.

Mendekatkan diri kepada Allah Subhanahuwata'ala, bertakwa, dan mencintai Allah Subhanahuwata'ala adalah asas utama agama Islam. Dengan sempurnanya kecintaan seorang hamba kepada Allah, maka sempurna pula keimanannya. Dan dengan berkurangnya rasa cinta seorang hamba kepada Allah Subhanahuwata'ala, maka berkurang pula kadar tauhid dan keimanan dalam diri seorang hamba.


Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ  


Maksudnya:"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung".  Al-Maidah ayat  35.


Kecintaan kepada Allah Subhanahuwata'ala hukumnya adalah wajib menurut kesepakatan kaum muslimin. Setiap hamba dituntut untuk mengusahakan dalam setiap perkara yang boleh menghantarkannya menuju kepada rasa cinta kepada Allah Subhanahuwata’ala sehingga akhirnya imannya menjadi sempurna.


Sesungguhnya, kecintaan kita kepada Allah Subhanahuwata'ala itu seperti pohon yang tumbuh dengan subur. Akarnya kuat terbenam dalam bumi dan ranting-rantingnya menjulang tinggi ke langit. Tanda-tanda kecintaan ini akan nampak di hati dan anggota badan pemiliknya, seperti satu pohon yang buahnya berlimpah menandakan bahawa pohon tersebut tumbuh dengan baik dan subur.


Berikut ini adalah beberapa ciri yang membuktikan kejujuran cinta kita kepada Allah Subhanahuwata’ala. Ciri-ciri yang sudah semestinya dimiliki oleh setiap muslim yang mengaku cinta kepada Tuhan-Nya, Allah Subhanahuwata’ala.


Pertama: Hamba yang mencintai Allah Subhanahuwata’ala kerana sibuknya ia dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah Subhanahuwata’ala serta membaca kitab-Nya. Ia akan terlupa selain dari Allah Subhanahuwata’ala. Beribadah kepada Allah menjadi penyejuk hati dan penggembiranya sebagaimana sabda Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam,


حُبِّبَ إِلِيَّ مِنْ دُنْيَاكُمُ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ


Maksudnya:"Dijadikan kecintaan pada diriku dari dunia kalian (iaitu) wanita-wanita (isteri-isteri beliau) dan wangian. Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam solat". Riwayat An-Nasa’i (3939), Ahmad (14069) dan Baihaqi (13836)


Kedua: Sabar di atas ketaatan dan di saat menghadapi kesulitan.


Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ


Maksudnya:"Dan kerana Tuhanmu, bersabarlah". Al-Muddassir ayat 7.


Ramai dari kita yang mengakui mencintai Allah Subhanahuwata’ala, padahal kecintaannya itu adalah kecintaan yang palsu. Berapa ramai dari kita yang tidak dapat bersabar saat ditimpa sebuah ujian dan musibah, padahal kesabaran merupakan pembuktian cinta yang paling besar. Allah Subhanahuwata’ala mengisahkan Nabi Ayyub ‘alaihissalam saat ia diberi ujian oleh Allah Subhanahuwata’ala,


إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ


Maksudnya:"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)". Sad ayat 44.


Ketiga: Orang yang jujur di dalam cintanya kepada Allah Subhanahuwata’ala, di saat ia mengingat dan berzikir kepada Allah dalam kesendirian, hatinya menjadi takut dan air matanya pun bercucuran kerana rasa takutnya kepada Allah Subhanahuwata’ala. Mereka berhak mendapatkan kasih sayang Allah berupa naungan-Nya di hari kiamat. Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda,


سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: (وَمِنْهَا) رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ


Maksudnya:"Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya: (salah satunya) seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi hingga ia menitiskan air matanya.” Riwayat Bukhari (6806) dan Muslim (1031)


Keempat: Mencintai Al-Qur’an sepenuh hati.


Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,


مَنْ كَانَ يُحِبُّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، فَلْيَعْرِضْ نَفْسَهُ عَلَى القُرْآنِ؛ فَإِنْ أَحَبَّ القُرْآنَ فَهُوَ يُحِبُّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنَّمَا القُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ


Maksudnya:"Siapa yang ingin mengetahui apakah ia benar-benar mencintai Allah ‘Azza Wajalla, maka biarkan dirinya di hadapan Al-Qur’an. Jika ia mencintai Al-Qur’an, maka ia juga mencintai Allah Subhanahuwata’ala, kerana sesungguhnya Al-Qur’an merupakan kalamullah".


kelima: Menyesal jika terluput dan terlewat dari sebuah ketaatan kepada Allah, menyesal apabila kita lupa tidak berzikir kepada Allah Subhanahuwata’ala, menyesal jika tidak membaca zikir di waktu pagi dan petang.


Bukan hanya menyesal saja, jika kita memang mencintai Allah Subhanahuwata’ala, kita juga akan berusaha untuk mengganti, mengqada amalan yang kita tinggalkan tersebut secepatnya, sebagaimana hal ini dilakukan oleh Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا عَمِلَ عَمَلاً أَثْبَتَهُ، وَكَانَ إِذَا نَامَ مِنَ اللَّيْلِ أَوْ مَرِضَ؛ صَلَّى مِنَ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً


Maksudnya"Nabi Subhanahuwata’ala jika beliau mengerjakan sebuah amalan, maka akan benar-benar serius dan berusaha untuk konsisten melaksanakannya. Jika beliau (mendapati halangan dari melaksanakan solat malam kerana) tertidur di satu malam atau sakit, maka beliau akan solat di siang harinya 12 rakaat (sebagai pengganti salat malamnya)". Riwayat Muslim (746)


Keenam: Sentiasa mengikuti dan tunduk terhadap syariat Allah Subhanahuwata’ala. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


Maksudnya:"Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang". Al-Imran ayat 31.


Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,


“Sungguh ayat yang mulia ini membantah setiap orang yang mengaku-ngaku cinta kepada Allah Ta’ala, namun ia tidak di atas jalan dan ajaran Nabi Muhammad Sallallahu‘alaihiwasallam. Sungguh mereka adalah pendusta atas apa yang mereka dakwakan hingga mereka benar-benar mengikuti ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, agama islam ini dalam setiap perkataan dan perbuatan".


Ketujuh: Zuhud dalam urusan dunia; mencukupkan diri dan tidak berlebihan di dalam urusan duniawi. Apabila seseorang hamba semakin mencintai Allah Subhanahuwata’ala, maka semakin zuhud juga dirinya terhadap perkara duniawi, lebih menyibukkan diri dengan amalan-amalan yang akan menjadi bekalnya di akhirat nanti.


Zuhud kita atau rasa cukup kita terhadap perkara duniawi akan membawa dua cinta kepada diri kita, cinta Allah Subhanahuwata’ala dan cinta manusia. Suatu ketika ada seorang sahabat yang datang kepada Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam, lalu bertanya,


“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya, Allah Subhanahuwata’ala dan manusia akan mencintaiku.”


Maka Nabi Sallallahu‘alaihiwasallam pun menjawab,


ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ


Maksudnya:"Bersikaplah zuhud terhadap dunia, nescaya Allah Subhanahuwata’ala akan mencintaimu. Dan bersikaplah zuhud terhadap apa yang ada pada manusia, nescaya mereka akan mencintaimu". Riwayat Ibnu Majah (3326)


Dalam mencintai Allah tentu tidak cukup hanya berupa ucapan lisan kita yang mengatakan bahwa aku mencintai-Mu ya Allah, tetapi perasaan cinta itu mesti kita buktikan selain dengan ucapan, tetapi dengan hati yang penuh dengan keyakinan dan juga dengan perbuatan kita yang menunjukkan kecintaaan kita kepada Allah Subhanahuwata’ala. Jadi dalam mencintai Allah dapat kita ungkapkan melalui lisan, meyakini dalam hati dan melakukan dengan tindakan. Mengapa kita cinta kepada Allah, kerana Allah telah menciptakan kita dengan penuh kasih sayang.


Cinta kepada Allah sebagaimana dalam firmanNya dalam surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi,


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


Maksudnya:"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Sesungguhnya besar kadar cinta seseorang kepada Allah Subhanahuwata'ala terukur dengan kesesuaian dia jujur dalam mengikuti Nabi, baik dalam aqidahnya, ibadahnya, akhlaknya, muamalahnya dan tuntunan-tuntunan beliau yang lainnya.


No comments:

Post a Comment

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah.

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah. Kita seharusnya benar-benar menyedari bahawa kita sebenarnya berhadapan dengan dua pilihan jala...