Wednesday, September 21, 2022

Kerugian Hakiki

Kerugian Hakiki

Kerugian yang dialami oleh seseorang di dunia ini bukanlah kerugian hakiki, bukan kerugian yang akan mendatangkan penderitaan abadi dan  bukanlah kerugian yang disebutkan oleh Allah Subhanahuwata'ala dalam firman-Nya,


فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ ۗ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ


Maksudnya:"Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata". Az-Zumar ayat 15


Kerugian yang disebutkan dalam ayat di atas itulah kerugian yang hakiki, kerugian yang akan menyebabkan penyesalan yang kekal. Kerugian pada hari kiamat, iaitu kerugian disaat kebaikan dan keburukan manusia ditimbang dengan timbangan teradil.


Kerugian pada hari kiamat adalah akibat dari perbuatan manusia selama hidup di dunia. Jika kesempatan hidup ini boleh kita munafaatkan dengan baik dan semaksimal yang mungkin sebagaimana  seorang usahawan yang memunafaatkan modal usahanya yang sangat terbatas untuk meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya, maka إن شاء الله kita akan terselamatkan dari kerugian tersebut.


Kerugian terburuk yang menimpa seseorang adalah kerugian yang menimpa agamanya, kerana kerugian ini akan menyebabkan penderitaan abadi di akhirat. Kerugian yang menimpa agama seseorang merupakan musibah terburuk bagi seseorang. Oleh kerana itu, diantara do’a Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah :


… وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا


Maksudnya:"Janganlah Engkau menjadikan musibah pada agama kami…".

Riwayat Tirmizi (3502)


Apatahlagi jika musibah pada agama ini sehingga menyeret seseorang itu ke lembah kemurtadan – نعوذبالله


Diantara ciri orang yang menderita kerugian dengan kerugian hakiki adalah ia melalaikan kesempatan beramal soleh  dalam kehidupannya. Dia membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja, sehingga akhirnya di saat kematian tiba, amal kabaikan yang pernah dilakukannya masih sedikit, sementara keburukannya menggunung. Jika demikian keadaannya, timbangan keburukannya akan mengalahkan timbangan kebaikannya. Orang seperti ini termasuk yang merugi, sebagaimana firman Allah Subhanahuwata'ala,


وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ ۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٨﴾ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ


Maksudnya:"Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri". Al-A’raf ayat 8-9.


Diantara tanda-tanda orang merugi lainnya adalah sering mengingkari janji, membuat kerosakan di muka bumi dengan menyebarkan syubhat dan membangkitkan nafsu syahwat. Allah Subhanahuwata'ala berfirman 


الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ


Maksudnya:"(iaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerosakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi". Al-Baqarah 27.


Sebahagian ahli tafsir berpendapat bahawa pengertian (العهد) atau perjanjian yang telah dilanggar oleh orang-orang fasik itu, iaitu wasiat dan perintah Allah Ta’ala yang disampaikan kepada makhluk-Nya agar senantiasa mentaati-Nya dan menjauhi larangan-Nya melalui kandungan kitab-kitab-Nya dan sabda rasul-rasul-Nya. Pelanggaran terhadap hal itu, iaitu pengabaian terhadap pengamalannya.


Menurut Ibnu Jarir, (الخاسر) iaitu mereka yang mengurangi perolehan rahmat bagi diri mereka sendiri dengan cara berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala sebagaimana orang merugi dalam perniagaan tersebut. Demikian halnya dengan orang-orang munafik dan orang-orang kafir merugi, kerana Allah Ta’ala mengharamkan bagi mereka rahmat-Nya yang sengaja diciptakan bagi hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya pada hari kiamat kelak mereka sangat memerlukan rahmat Allah Ta’ala tersebut.


Orang yang tunduk dan taat kepada orang-orang kafir serta memberikan kesetiaan kepada mereka juga diantara ciri orang yang rugi. Al-Qur’an dengan tegas telah mengingatkan terhadap perbuatan yang menyebabkan akibat buruk ini. Kerana orang-orang kafir itu akan berusaha membuat kita seperti mereka. Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ


Maksudnya:"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, nescaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi". Ali Imran ayat 149


Allah Subhanahuwata'ala memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman terhadap sikap mentaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik, kerana sesungguhnya taat kepada mereka dapat mengakibatkan kehancuran dan kehinaan di dunia dan akhirat. Lihat Tafsir Ibnu Katsir.


Ayat ini mengingatkan bahawa mengikuti orang-orang kafir akan mengakibatkan kerugian bahkan kegagalan. Mentaati dan tunduk pada saranan orang-orang yang kafir yang bertentangan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, "nescaya mereka akan mengembalikan kamu ke belakang", iaitu murtad. Jika hal itu kamu lakukan maka kamu akan kembali menjadi orang yang rugi di dunia dan akhirat.


Termasuk orang-orang yang merugi pada hari Kiamat adalah orang yang hanya beribadah kepada Allah Subhanahuwata'ala di saat dia mendapatkan anugerah kebaikan, disaat hidupnya mendapat kesenangan, bahagia dan makmur atau juga dia hanya beribadah kepada Allah Subhanahuwata'ala disaat apa yang dilakukan itu boleh mendatangkan keuntungan atau kebaikan duniawi kepadanya. Allah Subhanahuwata'ala berfirman,


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ


Maksudnya:"“Dan di antara manusia ada orang yang beribadah kepada Allah dengan berada di tepi (tidak dengan penuh keyakinan); Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Al-Hajj ayat 11


Termasuk merugi juga iaitu orang-orang yang dilalaikan oleh harta dan keluarga mereka sehingga terhalang untuk beribadah kepada Allah Subhanahuwata'ala. Allah Subhanahuwata'ala berfirman :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ


Maksudnya:"Wahai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi". Al-Munafiqun ayat 9


Masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan kata merugi dan hal-hal yang menyebabkan kerugian. Ini semua dalam rangka mengingatkan manusia agar tidak tertimpa kerugian yang mengakibatkan penderitaan yang tidak terperikan akibatnya dalam kehidupan akhirat.


Allah Subhanahuwata'ala juga menyatakan cara dan langkah-langkah yang boleh ditempuh untuk menghindari kerugian dan meraih keuntungan.


Allah Subhanahuwata'ala menunjukkan suatu perniagaan yang akan mendatangkan keuntungan serta dijamin tidak akan tersentuh kerugian. Allah Subhanahuwata'ala berfirman :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ ﴿١٠﴾ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ


Maksudnya:"Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih ? (Iaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". Ash-Shaff ayat 10-11


Allah Subhanahuwata'ala juga berfirman :


إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ


Maksudnya:"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi". Fathir ayat 29



وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنسٰنَ لَفِى خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟بِالصَّبْرِ


Maksudnya:"Demi masa.Sungguhnya, manusia berada dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan(beramal soleh) serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Al ‘Ashr Ayat 1-3


Tiga ayat dari surah Al ‘Ashr menerangkan kepada kita tentang cara-cara untuk berjaya dalam kehidupan dan selamat di dunia dan akhirat. Imam al-Shafie berkata tentang surah ini,"Seandainya manusia merenungi surah ini, nescaya surah ini telah mencukupkan mereka".


Sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian, baik di dunia mahupun akhirat, akibat hawa nafsu yang menyelubungi dirinya.


Surah al-Asr mengajar kita untuk peka dan perihatin dengan masa agar kita mengisinya dengan sebaik mungkin. Masa kita terhad dan sudah ditetapkan. Allah memberi satu masa yang tetap kepada kita. Daripada mula kita dilahirkan sehingga saat kita menghembus nafas terakhir, kita tidak mampu atau berupaya untuk mengubah masa tersebut walau sesaat pun, sama ada untuk mempercepatkan atau melambatkannya


Semua manusia rugi, kecuali orang-orang yang beriman dengan sebenarnya dan mengerjakan kebajikan sesuai dengan ketentuan syariat dengan penuh keikhlasan, serta saling menasihati satu sama lain dengan baik dan bijaksana untuk memegang teguh kebenaran sebagaimana diajarkan oleh agama dan saling menasihati untuk kesabaran dalam melaksanakan kewajipan agama, menjauhi larangan, menghadapi musibah, dan menjalani kehidupan.


Amal ibadah dan amal jariah itu adalah semua yang maaruf dan yang baik yang mampu kita lakukan. Yang diperkenan serta diredhai-Nya. Daripada senyuman kita kepada orang lain, beratur mengikut giliran, tutur kata dan tindak-tanduk kita, sifat hemah dan ihsan kita terhadap orang lain, cara kita menghormati hak orang lain, membantu fakir miskin atau menolong orang dalam kesusahan dan sebagainya.


Barangsiapa melalaikan dan mengabaikan cara atau petunjuk yang diberikan oleh Allah Subhanahuwata'ala tersebut, kerugian pasti tidak akan terelakkan dan dia akan merasakan penyesalan yang tiada taranya. Dia akan menyesali perilakunya yang telah menyia-nyiakan kesempatan beramal yang tidak akan  kembali lagi. Dia akan menyesali dirinya, sendiri sebagaimana Allah Subhanahuwata'ala berfirman tentang mereka ini :


حَتَّىٰ إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَىٰ ظُهُورِهِمْ ۚ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ


Maksudnya:"Sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu". Al-An’am ayat 31


Semoga kita semua senantiasa berada dalam hidayah Allah Subhanahuwata'ala dan senantiasa mendapatkan taufiq dari Allah Subhanahuwata'ala untuk beramal sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah Subhanahuwata'ala.





No comments:

Post a Comment

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah.

Dua kemampuan bagi menggapai Husnulkhatimah. Kita seharusnya benar-benar menyedari bahawa kita sebenarnya berhadapan dengan dua pilihan jala...