Sunday, November 1, 2020

Mahsyar: Berdiri menunggu

Mahsyar: Berdiri menunggu

Diantara perkara besar yang akan terjadi pada hari kiamat ialah berkumpulnya seluruh makhluk di padang Mahsyar dengan keadaan berdiri untuk menunggu diputuskan perkara yang dulu Yang pernah terjadi diantara mereka, dengan waktu begitu lama dan dalam keadaan yang mencegkam. Allah Subhanahuwata’ala mensifati hari tersebut dengan hari berkumpulnya manusia, seperti yang ada dalam firman-Nya:


وَنُفِخَ فِى الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى السَّمٰوٰتِ وَمَن فِى الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرٰى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ


Maksudnya:"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (keputusan masing-masing/untuk di hisab). Az-Zumar ayat 68.


أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ. لِيَوْمٍ عَظِيمٍ. يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ


Maksudnya:"Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahawa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,pada suatu hari yang besar,(iaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?". Al-Tatfif ayat 4-6


يَوۡمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 


Maksudnya:“(Iaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.  Al-Muthafifin ayat 6.


Al-Hafiz Ibnu Katsir menerangkan keadaan berdirinya mereka pada waktu itu: “Mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan, pada tempat yang sulit, cemas, serta sempit bagi pendosa, seluruhnya meliputi mereka dengan perintah Allah, dan semuanya tidak mampu menolaknya, baik yang kuat mahupun yang lemah.Tafsir Ibnu Katsir 14/281.


Disebutkan di dalam sebuah riwayat daripada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Muhammad Salallahu‘alaihiwasallam dalam tafsir firman Allah:


يَوۡمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

 

Maksudnya:"“(Iaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. Al-Muthafifin ayat 6)


Beliau mengatakan:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يَقُومُ أَحَدُهُمْ فِى رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ» [أخرجه البخاري و مسلم


Maksudnya:"Salah seorang diantara mereka berdiri dengan peluhnya yang sampai separuh telinganya“. Riwayat Bukhari (6531). Muslim (2862).


Dalam hadith lain, masih riwayat Bukhari dan Muslim dari hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulallah Salallahu‘alaihiwasallam pernah bersabda:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ» [أخرجه البخاري و مسلم


Maksudnya:"Kelak pada hari kiamat manusia akan berpeluh sampai kiranya kalau dikumpulkan dimuka bumi, peluhnya sampai tujuh puluh hasta. Dan menenggelamkan mereka sampai ke telinganya“. Riwayat Bukhari (6532). Muslim  (2863).


Adapun peluh masing-masing orang itu adalah sesuai dengan tingkatan amal mereka ketika didunia. Berdasarkan hadith yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadithnya Miqdad bin al-Aswad radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan: “Aku pernah mendengar secara langsung dari Rasulallah Salallahu‘alaihiwasallam bersabda:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ ». قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِى مَا يَعْنِى بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الأَرْضِ أَمِ الْمِيلَ الَّذِى تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ. قَالَ « فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِى الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا ». قَالَ وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ » [أخرجه البخاري و مسلم


Maksudnya:"Matahari akan didekatkan kelak pada hari kiamat kepada makhluk sampai ada diantara mereka yang seukuran satu mil”. Berkata Sulaim bin Amir -salah seorang rawi hadith ini-: “Demi Allah, aku tidak tahu satu mil yang dimaksud, apakah ukuran yang ada didunia, atau mil sejauh mata memandang”.


Dalam lanjutan hadith, Nabi Sallahu'alaihiwasallam bersabda: Maksudnya:“Dan manusia pada saat itu sesuai dengan kadar amalannya dalam berpeluh. Diantara mereka ada yang sampai (menutupi) mata kaki, ada yang peluhnya sampai kebetis, dan ada diantara mereka yang peluhnya sampai menutupi leher, dan ada yang tenggelam oleh peluhnya sendiri”. Kata salah seorang rawinya: ‘Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke arah mulut’. Riwayat Muslim (2863).


Ibnu Abi Jamrah menjelaskan: ‘Diantara mereka yang paling banyak peluhnya ialah orang-orang kafir lalu setelahnya para pelaku dosa besar dan yang berada dibawahnya. Adapun orang muslim maka mereka jumlahnya sedikit dibanding dengan orang kafir”. Fathul Bari 11/394-395.


Adapun berkenaan syarah hadith diatas al-Hafidh Ibnu Hajar menjelaskan: ‘Bagi siapa yang memperhatikan keadaan yang disebutkan dalam hadith tadi maka dirinya mengetahui betapa besar keadaan yang akan terjadi pada hari kiamat. Sebab api neraka akan menyelimuti negeri mauqif. Matahari akan didekatkan diatas kepala-kepala mereka sejauh satu mil. Lantas bagaimana panasnya keadaan tempat tersebut. ditambah dengan hadith yang menjelaskan keadaan masing-masing orang akan berpeluh sampai ada yang peluhnya sampai tujuh puluh hasta, bersamaan dengan itu dirinya tidak menjumpai tempatnya melainkan hanya sebatas tempat berdirinya. Oleh itu,  bagaimana dengan keadaan mereka bersama peluhnya yang berbeza-beza keadaannya. Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang keluar dari akal fikiran, dan menunjukkan betapa agungnya keadaan pada saat itu, yang mengandungi keimanan kepada hari akhirat. Sedangkan akal tidak mampu untuk menimbang dalam menghukuminya, baik dengan menggunakannya pada jalan perumpamaan, diimiginasikan atau diandaikan dengan kejadian yang biasa dia lihat.


Namun, hal itu hanya perlu satu kata iaitu ‘menerima’ kerana ianya masuk dalam ruang lingkup keimanan dengan perkara ghaib, dan bagi siapa yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini maka hal itu menunjukkan tentang kerugian serta diharamkan ilmu baginya. Kerana salah satu faidah dari hadith seperti ini ialah supaya orang yang mendengarnya untuk berhati-hati lalu mengambil sebab yang boleh menyelamatkan dirinya dari keadaan tersebut. Bersegera untuk bertaubat dari dosa, dan kembali kepada Zat Yang Maha Pemurah didalam pertolongan-Nya sebagai sebab yang boleh menyelamatkan, merendah kepada-Nya agar selamat dari negeri kesulitan dan dimasukkan kedalam negeri kemulian dengan sebab kurnia dan anugerah -Nya”. Fathul Bari 11/394-495.


Dan berdiri dalam keadaan seperti ini yang sangat mencekam serta susah bagi manusia, hal ini ditambah lagi dengan keadaan waktu yang sangat lama iaitu selama lima puluh ribu tahun.


Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Mu’jamul Kabir sebuah hadith dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulallah Salallahu‘alaihiwasallam pernah bersabda:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يجمع الله الأولين والآخرين لميقات يوم معلوم قياما أربعين سنة شاخصة أبصارهم إلى السماء ينتظرون فصل القضاء» [أخرجه الطبراني]


Maksudnya:“Allah akan mengumpulkan dari makhluk pertama hingga terakhir pada hari yang telah ditentukan, mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya pandangannya tegak melihat ke langit menunggu Allah untuk memutuskan perkara..”. Riwayat ath-Thabarani 9/357 (9763). 


Sabda Rasulullah Sallahu'alaihiwasallam


يَجْمَعُ اللهُ الأَوَّلِينَ والآخِرِينَ لمِيقاتِ يومٍ معلومٍ، قِيامًا أربعين سَنَةً، شاخِصَةً أبصارُهُم، يَنتَظرون فصْلَ القضاءِ… إلى الأخير الحديث.


Maksudnya:", “Allah akan mengumpulkan dari makhluk pertama hingga terakhir pada hari yang telah ditentukan, mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya pandangannya tegak melihat ke langit menunggu Allah untuk memutuskan perkara …” Riwayat Abu Dunya 31, At-Thabarani 9/417, 9763, Darqutni 163.


Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan: “Didalam sebuah hadith dijelaskan bahawa mereka kelak akan berdiri selama tujuh puluh tahun dalam keadaan tidak berbicara sedikitpun. Ada yang mengatakan mereka berdiri selama tiga ratus tahun. Ada lagi yang mengatakan mereka berdiri selama empat ribu tahun, setelah itu baru diputuskan perkara mereka seukuran sepuluh ribu tahun. Allah Subhanahuwata’ala menjelaskan akan hal itu melalui firman-Nya:.


يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا ۖ لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَٰنُ وَقَالَ صَوَابًا. ذَٰلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ ۖ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِ مَآبًا


Maksudnya:"Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. An-Naba’ ayat 38-39


Dalam hadith lain juga dijelaskan durasi atau jangkamasa zaman pada waktu itu, disebutkan oleh Imam Muslim dari hadithnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّى مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِىَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيُرَى سَبِيلُهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ» [أخرجه مسلم


Maksudnya:“Tidaklah seorang yang mempunyai emas dan perak lalu tidak menunaikan hak keduanya, melainkan kelak pada hari kiamat akan diberikan padanya lempengan logam dari api neraka, lantas dicelupkan kedalam neraka Jahanam, selanjutnya digosokkan pada tulang rusuk, kening serta punggungnya, dan tiap kali menjadi dingin maka dicelupkan lagi, pada hari yang sama dengan lima puluh ribu tahun, (itu terjadi) hingga diputuskan perkara hamba, maka dirinya sudah melihat jalannya, apakah ke syurga atau ke neraka“. Riwayat Muslim (987)


Sedangkan kadar hari dunia berbanding hari akhirat telah disebut oleh Allah Subhanahuwata'ala dalam firman-Nya,


 فِي يَوۡمٖ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٖ


Maksudnya:"Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”. Al-Ma’aarij ayat 4.


Ibnu Abi Hatim membawakan sebuah hadith yang sanadnya sampai pada Ibnu Abbas, tentang makna firman Allah ta’ala:


فِي يَوۡمٖ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٖ


Maksudnya:"Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”. Al-Ma’aarij ayat 4.


Beliau mengatakan: ‘Iaitu pada hari kiamat”. Sanadnya Sahih sebagaimana dinyatakan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya 14/127.


Disebutkan dalam sebuah hadith yang dikeluarkan oleh Ibnu Hibban didalam sahihnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Salallahu‘alaihiwasallam pernah bersabda:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يقوم الناس لرب العالمين مِقْدَارَ نِصْفِ يَوْمٍ من خمسين ألفسنة يَهُونُ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَتَدَلِّي الشَّمْسِ لِلْغُرُوْبِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ» [أخرجه ابن حبان]


Maksudnya:"“Manusia kelak pada hari kiamat akan berdiri yang ukuran setengah harinya sama dengan lima puluh ribu tahun. (Hal itu) akan dimudahkan bagi orang-orang beriman, (bagi mereka waktu) tak ubahnya seperti matahari yang akan tenggelam sampai benar-benar tenggelam”. Riwayat Ibnu Hibban (7289). 


Meskipun rentang waktu tersebut lama, namun terasa sebentar bagi kaum Mukminin, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam dalam sabdanya :


(يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ) (المطففين 6 ) مِقْدَارَ نِصْفِ يَوْمٍ مِنْ خَمْسِيْنَ أَلْفِ سَنَةٍ فَيَهُوْنُ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَتَدَلِّي الشَّمْسِ لِلْغُرُوْبِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ رواه أبو يعلى بإسناد صحيح وابن حبان في صحيحه 


Maksudnya:"Tentang firman Allah "(Iaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam" al Muthaffifin ayat 6- seukuran setengah hari dari lima puluh ribu tahun. Yang demikian itu (sangatlah) mudah (ringan) bagi orang mukmin, seperti matahari menjelang terbit sampai terbit. Riwayat Abu Ya'la dengan sanad sahih, dan Ibnu Hibaan dalam Sahihnya. Lihat Shahih at Targhib wat-Tarhib, hadith no.3589].


Adalah Nabi Muhammad Salallahu‘alaihiwasallam berlindung kepada Allah Shubhanahuwata’alla dari sempit serta susahnya pada hari tersebut. sebagaimana yang tertera dalam hadith, sebagaimana yang telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari hadith Rabi’ah al-Jarasy radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:


«سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ وَبِمَ كَانَ يَسْتَفْتِحُ قَالَتْ كَانَ يُكَبِّرُ عَشْرًا وَيُسَبِّحُ عَشْرًا وَيُهَلِّلُ عَشْرًا وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا وَيَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي عَشْرًا وَيَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ عَشْرًا» [أخرجه أحمد


Maksudnya:“Aku pernah bertanya kepada Aisyah: ‘Do’a Apakah yang biasa Rasulallah panjatkan pada saat solat malam? Dan dengan bacaan seperti apa biasa beliau membuka do’anya? Maka Aisyah menjawab: “Adalah beliau biasa mengucapkan takbir (الله اكبر) sepuluh kali, tasbih ( سُـبْـحَـانَ ٱلله) sepuluh kali, tahlil(

لا إله إلا الله) sepuluh kali, istighfar(أستغفر الله) sepuluh kali. Kemudian beliau berdo’a: “

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

"Ya Allah ampunilah diriku, berilah aku petunjuk dan rezki”. Sebanyak sepuluh kali, lalu ditutup dengan do’a: 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada–Mu dari sempitnya pada hari pembalasan”. Sebanyak sepuluh kali”. Riwayat Ahmad 42/37-38 no: 25102.

No comments:

Post a Comment

Guru, Ustaz selaku pendidik serta kelebihannya dan tanggungjawab pelajar atau murid terhadap gurunya.

Guru, Ustaz selaku pendidik serta kelebihannya dan tanggungjawab pelajar atau murid terhadap gurunya. Profesion sebagai seorang guru adalah ...